Jayapura (ANTARA News) - Keluarga menolak autopsi jenazah Yoseni Agapa, korban penembakan di Kilometer 220, Bakobado, Distrik Kamu Timur, Kabupaten Dogiyai, Papua.

Tim gabungan yang terdiri dari anggota Reskrim dan Intel Polres Nabire, Polsek Kamu, Brimob BKO Dogiyai, dan tim dari Puskesmas Monamani berniat melakukan autopsi jenazah Yoseni Agapa pada Sabtu (27/6) pukul 11.00 WIT, namun keluarga korban menolaknya, kata Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Patrige, di Kota Jayapura, Minggu.

"Tim itu dipimpin oleh Kapolsek Kamu AKP Eduard Hetarua di dampingi oleh Kanit Tipikor Sat Reskrim Polres Nabire Ipda Julkifli Sinaga dan dokter Saipur dari Puskesmas Monamani," katanya.

Ia menjelaskan bahwa sekitar pukul 11.40 WIT tim gabungan tiba di Kampung Ugapuga dan bertemu dengan keluarga besar Agapa dan menyampaikan maksud kedatangannya.

Semula keluarga Agapa menyetujui autopsi, namun setelah ada provokasi dari beberapa orang warga mereka menolaknya. Bahkan terjadi pedebatan antara Kapolsek Kamu dengan keluarga besar Agapa.

Kaposlek Kamu kemudian memutuskan untuk kembali ke TKP dengan membawa saksi korban bernama Melianus Mote untuk dilakukan pra-rekontruksi di KM 220, Bakobado, Distrik Kamu Timur, Kabupaten Dogiyai.

"Seiktar pukul 12.30 WIT, tim gabungan tiba di TKP penembakan dan langsung melakukan pra rekontruksi yang diperankan langsung oleh Melianus Mote," katanya.

Lebih lanjut, mantan Kapolres Merauke itu mengemukakan, dalam olah TKP, tim olah TKP menemukan selongsong peluru Kaliber 5,56 MM sebanyak 12 butir.

"Pukul 13.30 WIT pra rekontruksi selesai, tim gabungan kembali ke Polsek Kamu dengan membawa saksi korban Melianus Mote untuk dilakukan pemeriksaan sebagai saksi yang didampingi oleh Kepala Kampung Ugapuga, Yan Agapa dan beberapa tokoh masyarakat Ugapuga serta keluarga saksi untuk mendampingi dalam pemeriksaan," katanya.

Berdasarkan keterangan dari saksi korban, Melianus Mote, peristiwa bermula dari pemasangan blokade oleh 10 orang pada Kamis (26/6) malam sekitar pukul 20.00 WIT.

Mereka yang memblokade jalan berhasil meminta uang kepada beberapa pengendara mobil yang melintas, sampai kemudian muncul mobil dengan ciri-ciri menggunakan ban besar warna putih ada corak atau variasi merah pada samping mobil kiri dan kanan.

"Kemudian mobil tersebut dihentikan oleh Melianus Mote. Tapi pada saat Melianus Mote hendak mendekati mobil, terdengar bunyi tembakan di sisi kanan, bersamaan dengan itu Melianus Mote terkena sabetan benda tajam yang dilakukan oleh sopir yang mengenai lengan kiri," katanya.

Tidak lama kemudian, penumpang yang berada dalam mobil keluar dari pintu mobil kiri dan kanan, lalu menembakkan senjata api ke arah belakang di mana korban Yoseni Agapa berlari.

Sementara itu, Melianus Mote setelah terkena sabetan benda tajam, merunduk di depan mobil sambil perlahan merangkak menuju ke arah tebing dan bersembunyi.

Jenasah korban Yoseni Agapa hingga kini masih berada di Kampung Yotapuga untuk menunggu pemakaman oleh keluarga besar Agapa.

Pewarta: Alfian Rumagit
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015