Tunis (ANTARA News) - Perdana Menteri Tunisia Habib Essid mengatakan akan menelepon timpalannya dari Inggris, David Cameron, Jumat, untuk menanggapi imbauan pemerintah Inggris bahwa negara Afrika Utara itu tidak aman untuk berlibur.

Imbauan Kementerian Luar Negeri itu, yang dikeluarkan pada Kamis malam, memaksa penyelenggara wisata Inggris menghentikan semua paket liburan ke Tunisia, yang menjadi pukulan besar pada sektor kunci perekonomian negara tersebut.

"Kami akan menelpon perdana menteri Inggris untuk mengatakan kepadanya bahwa kami telah melakukan segala yang kami bisa untuk melindungi semua kepentingan Inggris dan orang-orang dari negara-negara lain - itu tugas kami," kata Esebsi dalam sesi larut malam parlemen.

"Inggris bebas untuk mengambil keputusan apa pun yang diinginkannya - Inggris adalah negara berdaulat - tapi kami juga adalah negara berdaulat dan kami memiliki sikap," katanya.

Essid tidak merinci apa sikap yang mungkin akan diambil, tetapi dia mengatakan kepada anggota parlemen bahwa keputusan Inggris akan "memiliki dampak".

Tunisia telah menerapkan langkah-langkah keamanan baru, termasuk mempersenjatai polisi wisata, sejak seorang pria bersenjata menewaskan 38 turis asing, 30 dari mereka adalah warga Inggris, di resor pantai Port El Kantaoui pada 26 Juni.

Namun, Kementerian Luar Negeri mengatakan tidak percaya mereka telah menyediakan "perlindungan yang memadai" dan menyarankan untuk tidak melakukan semua perjalanan kecuali yang mendesak.

Dalam beberapa menit sejak imbauan itu dikeluarkan, operator tur Thomson dan First Choice mengatakan mereka telah membatalkan semua penerbangan ke Tunisia untuk sisa musim ini, hingga 31 Oktober.

Asosiasi wisata terbesar di Inggris, ABTA, mengatakan 3.000 orang atau lebih wisatawan Inggris saat ini di Tunisia akan diterbangkan pulang sesegera mungkin.
(G003)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015