New York (ANTARA News) - Anak seorang perwira polisi Amerika Serikat yang mempunyai riwayat sakit mental dan sedang menjalani hukuman percobaan karena minuman keras, didakwa mempunyai kaitan dengan rencana teror, kata polisi seperti dikutip AFP.

Alexander Ciccolo (23) yang juga dikenal dengan Ali al-Amriki, ditahan pada Hari Kemerdekaan di negara bagian Massachusetts dan rencananya akan disidangkan Selasa waktu setempat dengan dakwaan penembakan.

Dia ditahan setelah dituduh menerima empat senjata --dua senjata laras panjang dan dua pistol-- dari seorang informan FBI. Jaksa juga menuduhnya menyembunyikan pisau di belakang tubuhnya pada saat ditangkap.

Jaksa menuduh dia pendukung ISIS, yang akan menembak dan membom asrama mahasiswa serta kafetaria yang dia akan siarkan langsung via Internet.

Selain menemukan bagian-bagian yang akan digunakan sebagai bom molotov di apartemennya, polisi juga mendapati dia tengah membeli mesin penanak seperti digunakan pada bom Maraton Boston 2013.

Kepala FBI James Comey pekan lalu mengatakan kepada Senat bahwa lebih dari 200 warga Amerika telah pergi atau berusaha pergi ke Suriah utuk bergabung dengan ISIS.

Alexander Ciccolo memiliki riwayat sakit mental dan pernah menikam perawat. 18 bulan sebelum ditangkap dia menjadi terobsesi terhadap Islam.

Tahun lalu, pada peringkaan ke-13 Serangan 11 September 2001, FBI memergoki Ciccolo mengutarakan hasratnya untuk pergi ke Irak atau Suriah guna berperang bersama ISIS.

FBI mengungkapkan dia mengoperasikan laman Facebook di bawah nama Ali Al Amriki. Di bawah foto pria yang menghunus pedang tertera tulisan "satu hari di hutan penguat diriku" dan di samping foto seorang tentara Amerika yang tewas terdapat tulisan "Terima kasih Negara Islam (ISIS)!"

Bulan lalu dia mengutarqkan hasratnya kepada informan FBI bahwa dia ingin pergi ke antar negara bagian untuk membom dua bar dan kantor polisi, sebelum bergeser fokus untuk meledakkan sebuah kampus.

Ayahnya, seorang kapten polisi (kepala polisi) adalah salah seorang polisi yang pertama kali bereaksi saat bom Maraton Boston 2013 yang menewaskan tiga orang dan melukai 264 orang yang diledakkan oleh dua bersaudara keturunan Chechen, demikian AFP.






Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015