Jenewa (ANTARA News) - Sebelum Hari Kemanusiaan Dunia pada 19 Agustus, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (14/8) menyerukan diberikannya perlindungan yang lebih baik untuk pekerja kesehatan di tengah serangan terhadap instalasi dan staf kesehatan yang masih saja terjadi.

Pada 2014, WHO menerima laporan mengenai 372 serangan di 32 negara terhadap pekerja kesehatan, sehingga mengakibatkan 603 orang tewas dan 958 orang lagi cedera. Sementara itu, peristiwa serupa telah dicatat tahun ini.

Pada 2015, ratusan pekerja kesehatan menemui ajal di berbagai daerah konflik dan saat memerangi wabah penyakit seperti Ebola. Di Yaman, misalnya, lima pekerja kesehatan tewas dan 14 lagi cedera. Di Afrika Barat, dari 875 pekerja kesehatan yang tertular Ebola, 509 meninggal.

"WHO berkomitmen menyelamatkan nyawa dan mengurangi penderitaan pada saat krisis. Serangan terhadap instalasi dan pekerja perawatan kesehatan adalah pelanggaran nyata terhadap hukum kemanusiaan internasional," kata Direktur Jenderal WHO Margaret Chan, seperti dikutip Xinhua.

Wanita pejabat itu menyoroti bahwa pekerja kesehatan memiliki kewajiban untuk merawat orang sakit dan cedera tanpa pandang bulu. Ia menambahkan semua pihak dalam konflik harus menghormati kewajiban tersebut.

Serangan yang terjadi berulangkali dan terarah terhadap instalasi kesehatan dilaporkan juga telah meningkat. Di Yaman saja, 190 instalasi kesehatan tak berfungsi dan sebanyak 183 instalasi lagi hanya berfungsi sebagian akibat konflik yang berkecamuk, termasuk 26 instalasi kesehatan yang telah diserang sejak Mei 2015.

Kondisi serupa terjadi di Irak. Lebih dari 180 layanan kesehatan garis depan di 10 gubernuran telah berhenti beroperasi, sehingga jutaan pengungsi, orang yang menjadi pengungsi di dalam negeri mereka dan masyarakat penampung tak memiliki akses ke perawatan kesehatan.

Saat ini, WHO dan mitranya memerlukan lebih dari 1,7 miliar dolar AS untuk mendukung operasi tanggap krisis mereka untuk lebih dari 60 juta orang di 32 instalasi layanan darurat. WHO saja memerlukan lebih dari 530 juta dolar AS, tapi kurang dari 30 persennya yang telah diterima.
(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015