Jakarta (ANTARA News) - Ethical Fashion atau Fesyen etis merupakan sebuah pemikiran baru berdasarkan mimpi, fantasi dan komitmen untuk membawa fesyen khas Indonesia ke panggung dunia, terutama dengan menggunakan pewarna alam warisan nenek moyang.

"Indonesia punya warna. Demikian mungkin yang ingin kami sampaikan ke dunia global, agar tenun dengan pewarna alami milik Indonesia semakin dikenal," ujar Dirjen Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Euis Saedah di Jakarta, Selasa.

Fesyen etis sendiri, lanjut Euis, digagas oleh Ditjen IKM bersama seorang desainer Merdi Sihombing, di mana rantai penciptaan busana tradisional di Indonesia berawal dari penggunaan serat alam yang ditenun dan diwarnai guna menggerakkan ekonomi masyarakat yang baik dan berkelanjutan.

Merdi Sihombing mengatakan, ethical fashion adalah apa saja yang dikerjakan dengan beretika, yang sebenarnya sudah ditanamkan oleh leluhur bangsa.

"Ethical fashion adalah terobosan baru dari dunia fesyen yang digandengkan dengan green fashion atau juga sustainable fashion," ujar Merdi.

Menurut Merdi, dibutuhkan komitmen dan tanggung jawab dari pelaku desain, pengrajin, maupun pemerintah untuk dapat menerapkan ethical fashion.

Misalnya, lanjut Merdi, banyak desainer yang mendapatkan kain tenun dari pihak kedua setelah pengrajin dengan harga yang lebih mahal.

Kemudian, desainer tersebut membuatnya menjadi sebuah pakaian yang harganya bisa puluhan kali lipat, sementara nasib para pengrajin tenun masih memprihatinkan.

"Itukan tidak etis. Sebagai penenun, mereka juga punya tanggung jawab untuk bagaimana meneruskannya ke anak-anak mereka. Jadi bisa berkelanjutan," ujar Merdi.

Dengan demikian, kekayaan bangsa tersebut tidak disabotase oleh negara lain, yang boleh jadi lebih tertarik mengembangkan dan mempromosikannya.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015