Ramallah (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry pada Kamis (15/10) menelepon Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk kedua kalinya dalam sepekan guna membahas peningkatan ketegangan di Israel dan Palestina.

Juru Bicara Presiden Palestina Nabil Abu Rdeineh mengatakan dalam pernyataan yang disiarkan Kantor Berita Resmi Palestina, WAFA, bahwa percakapan tersebut membahas situasi saat ini dan kelanjutannya.

Dia menambahkan bahwa Kerry menekankan berlanjutnya upaya Amerika Serikat untuk meredakan ketegangan saat ini.

Abu Rdeineh mengatakan Kerry memberitahu Abbas bahwa ia berencana mengunjungi wilayah itu dalam waktu dekat.

Abbas menekankan perlunya Amerika Serikat untuk melancarkan upaya dengan pihak Israel guna menghentikan provokasi para pemukim Yahudi di kompleks Masjid Al-Aqsha dan di jalan-jalan, kata Abu Rdeineh.

Kerry menelepon Abbas pada Sabtu (10/10) dan telah menelepon Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Jumat guna membahas peningkatan gelombang kerusuhan antara orang Palestina dan tentara Israel sejak awal Oktober.

Sebanyak 33 orang Palestina tewas sejak awal Oktober, 22 di antaranya di Tepi Barat Sungai Jordan dan Jerusalem dan 11 di Jalur Gaza, kata Kementerian Kesehatan Palestina.

Sementara jumlah korban jiwa di pihak Israel sejak 30 September bertambah jadi tujuh, dan cedera 92 orang, 10 di antaranya dilaporkan dalam kondisi kritis.

Babak kerusuhan paling akhir telah menimbulkan ketegangan lebih besar antara orang Palestina dan Israel sementara proses perdamaian macet.

Pembicaraan yang diperantarai Amerika Serikat dan diselenggarakan pada Maret 2014 telah gagal menciptakan kemajuan apa pun.

Abbas sebelumnya mengatakan provokasi oleh pemukim Yahudi terhadap orang Palestian di bawah perlindungan militer Israel adalah pemicu utama peningkatan kerusuhan saat ini.

Abbas telah meminta masyarakat internasional agar campur-tangan dan melindungi rakyat Palestina --yang tidak bersenjata-- sehubungan dengan peningkatan serangan dalam pertemuannya dengan Utusan Norwegia untuk Proses Perdamaian Timur Tengah,

Kerusuhan meletus pada pertengahan September di kompleks tempat suci Masjid Al-Aqsha.

Palestina mengatakan tindakan Israel di lapangan bertujuan mengubah dan membagi kompleks tersebut dengan mengizinkan ibadah orang Yahudi dilakukan di sana, bertolak-belakang dengan status-quo, demikian seperti dilansir kantor berita Xinhua.(Uu.C003)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015