Ini jelas bahwa objektivitas Rusia dan operasi udara mereka di Suriah terhadap koalisi anti ISIS (Negara Islam) tidaklah sama."
Lisbon (ANTARA News) - NATO menyuarakan keprihatinannya pada Selasa bahwa serangan udara Rusia di Suriah dapat memicu risiko atas peristiwa di luar kendali sebagaimana Moskow dan Amerika Serikat sebagai pemimpin koalisi internasional di negara tersebut.

"Ini jelas bahwa objektivitas Rusia dan operasi udara mereka di Suriah terhadap koalisi anti ISIS (Negara Islam) tidaklah sama," kata Deputi Sekretaris Jenderal NATO Alexander Vershbow, lapor AFP.

"Oleh sebab itu, hal ini dapat menambah risiko atas peristiwa di luar kendali," katanya kepada wartawan di Lisbon, Portugal, di luar Forum Industri Pertahanan.

Moskow mengawali serangan udara di Suriah akhir bulan lalu dalam kerangka kerja sama dengan pemerintahan di Damaskus dan mereka menganggap bahwa target utamanya adalah ISIS dan teroris lainnya.

Namun PBB -- yang memimpin kampanye penolakan bom dalam koordinasi negara-negara Barat dan negara-negara Timur Tengah -- menuduh Rusia menjadikan Presiden Bashar al-Assad sebagai target utama.

Serangan udara Rusia di Suriah menewaskan 370 orang sejak serangan tersebut dimulai pada 30 September, sepertiga dari korban adalah penduduk sipil, sebagaimana pernyataan tim pengawas, Selasa.

Peneliti Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan bahwa 243 pemberontak tewas, 52 di antaranya anggota ISIS dan 127 lainnya penduduk sipil.

Vershbow mengatakan anggota NATO akan membahas masalah ini minggu depan, apakah nantinya akan ada tindakan tambahan atas pencegahan bahwa sekutu akan mengambil alih tanpa adanya pertentangan atas integritas perbatasan Turki.

Turki sebagai anggota NATO telah mengekang upaya Rusia untuk mendukung rezim Bashar.

Turki menuduh pesawat Rusia dua kali melanggar operasi di Suriah. Namun Moskow menganggap hal itu sebagai faktor cuaca.

Pesawat tanpa awak buatan Rusia ditembak jatuh oleh Turki di dekat perbatasan wilayah Turki. Perdana Menteri Turki, Senin, mengatakan bahwa bisa saja pesawat itu milik kelompok bersenjata Suriah.

Bulan ini, Sekjen NATO Jens Stoltenberg memperingatkan bahwa aliansinya telah siap menurunkan pasukan untuk menyikapi protes Ankara terhadap tindakan Rusia.

Pada 3-6 Oktober 2015, NATO mengadakan latihan militer terbesar sejak tahun 2002 dengan menempatkan 36.000 tentara aliansi melalui Italia, Spanyol, dan Portugal untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap krisis Ukraina yang menyebabkan Rusia dituduh oleh Barat memainkan peran utama.

"Para penyerang harus mencatat kemampuan dan kesiapan yang telah kita tunjukkan," kata Vershbow.

Ia menambahkan bahwa latihan tidak ditujukan untuk negara tertentu, hubungan Barat dengan Rusia telah menegang atas tindakan Rusia di Suriah dan peran Rusia dalam dalam krisis di Ukraina.

Akibat terlalu agresif menyerang, peristiwa penyusupan pesawat tempur Rusia ke zona udara Turki pun tak terhindarkan, salah satunya ke wilayah Turki yang berbatasan dengan Suriah sehingga (pernah) menuai reaksi dan ancaman Turki pada minggu lalu. Turki mengancam pesawat tempur Rusia jika terjadi hal yang sama terhadap ruang udara atau wilayahnya akan menembak pesawat tempur Rusia.
(Uu.M038/M016)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015