Paris (ANTARA News) - Polisi Prancis telah mengidentifikasi tiga tim orang-orang bersenjata yang mengenakan rompi bom bunuh diri yang telah membunuh paling sedikit 129 orang dalam serangan teror ke ibu kota Prancis Jumat malam lalu yang kemudian diklaim dilakukan ISIS.

Seorang pria Prancis berusia 29 tahun menjadi orang pertama yang dipastikan termasuk dari tujuh penyerang, semuanya mati dalam serangan, sedangkan dua pria lainnya yang terdaftar sebagai pengungsi di Yunani dinyatakan berkaitan dengan kejahatan itu.

Penemuan paling tidak satu paspor Suriah di tempat kejadian perkara, menimbulkan kecurigaan bahwa beberapa dari penyerang mungkin masuk ke Eropa sebagai bagian dari banjir pengungsi akibat perang saudara di Suriah.

"Sebuah paspor Suriah atas nama seseorang kelahiran Suriah September 1990 ditemukan di dekat seorang pembom bunuh diri yang meledakkan diri di depan (Stadion) Stade de France," kata jaksa Francois Molins dalam jumpa pers.

Belum lama hari ini, kelompok ekstremis ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan yang meninggalkan kehancuran di gedung konser yang padat penonton, restoran-restoran, dan bar-bar, serta luar stadion nasional Prancis.

129 orang terbunuh dan 352 terluka yang 99 di antaranya dalam kondisi kritis. Jumlah korban tewas belum termasuk mayat tujuh pelaku teror ini.

Presiden Francois Hollande menyebut serangan terkoordinasi Jumat malam itu sebagai "tindakan perang" ketika ibu kota Prancis itu biasanya tenang, sepuluh bulan setelah serangan ke majalah Charlie Hebdo yang mengguncang negara itu.

Keadaan darurat dan tiga hari berkabung nasional telah diumumkan. Dewan Kota Paris City Hall memerintahkan semua fasilitas kota ditutup, sedangkan Menara Eiffel ditutup sampai waktu yang tak ditentukan.

Di tengah ketakutan itu ratusan orang menolak takut dengan berkumpul secara spontan di pusat-pusat donasi darah dan berkumpul dengan membawa lilin dan bunga ke situs-situ serangan di mana orang-orang meninggal dunia beberapa jam sebelumnya.

Di sebuah kafe di pusat kota Paris, seorang pria bernama depan Luc, berusia 46 tahun, mengaku terguncang.

"Saya sama sekali tak mengerti. Mereka terus saja bilang bahwa mereka telah menangkal serangan, bahwa mereka telah melakukan penangkapan, dan di sini Anda melihat orang-orang menembaki semua orang di gedung konser di pusat kota Paris. Mereka tak mampu melindungi kota ini, itulah masalahnya."

Penyerang teridentifikasi

Sisa jenasah pria bersenjata asal Prancis berusia 29 tahun ditemukan di dekat gedung konser Bataclan di Paris timur yang menjadi tempat terjadinya serangan paling maut.

89 orang dibunuh di sana oleh orang-orang bersenjata yang masuk sambil berteriak "Allahu akbar" sebelum menembaki penonton dan mengeksekusi para sandera.

Para ekstremis ini terdengar marah kepada Presiden Prancis dan keputusannya September lalu yang memulai serangan udara ke ISIS di Suriah.

"Saya jelas mendengar mereka berkata 'Ini kesalahan Hollande, ini ulah presiden kalian, dia seharusnya tidak intervensi di Suriah," kata Pierre Janaszak, presenter radio yang berada di konser itu, kepada AFP.

Band yang lagi manggung di sana saat itu, grup rock asal AS "Eagles of Death Metal", selamat dari serangan namun harus mempersingkat tour ke Eropanya untuk kembali ke AS.

Polisi bersenjata lengkap lalu membanjiri Bataclan pukul 00:30 waktu setempat  (06.30 WIB), namun dua dari penyerang meledakkan diri, sedangkan yang satunya ditembak polisi.

Tiga pembom bunuh diri juga meledakkan diri di luar Stadion Stade de France di mana Prancis tengah bermain melawan Jerman dalam laga persahabatan yang dihadiri Hollande yang kemudian diungsikan.

Penyerang ketujuh meledakkan diri di sebuah jalan dekat gedung konser Bataclan, yang melukai seorang korban.

Para analis dari Eurasia Group menyebut serangan itu mengonfirmasi pergeseran struktural dalam modus operandi ISIS, dan menunjukkan sebuah awal untuk serangan berikutnya ke Barat.

Investigasi Eropa

Investigasi dengan cepat menyebar jauh di luar Prancis, ketika Sabtu itu polisi Belgia menahan beberapa tersangka di Brussels, termasuk seorang yang berada di Paris pada saat kejadian teror.

Michel berkata kepada televisi Belgia bahwa penahanan itu ada kaitannya dengan "kendaraan-kendaraan tercurigai" yang teridentifikasi oleh investigasi polisi Prancis.

Pihak berwenang Prancis juga meminta Yunani untuk informasi paspor yang mereka temukan di situs kejadian perkara di dekat Stade de France.

"Kami memastikan bahwa pemegang paspor Suriah masuk melalui Pulau Leros di Yunani pada 3 Oktober di mana dia terdaftar sesuai aturan Uni Eropa," kata menteri urusan perlindungan warga negara Yunani, Nikos Toskas.

Orang asing lainnya yang berkaitan dengan serangan itu juga ditemukan terdaftar sebagai pengungsi di Yunani.

Yunani adalah pintu masuk utama ke Eropa untuk ratusan ribu pengungsi Suriah di mana para pejabat keamanan Eropa sudah lama mencurigai ditunggangi oleh ISIS.

Di Jerman, pihak berwenang mengatakan mereka tengah menyelidiki kemungkinan kaitan antara serangan itu dengan penangkapan seseorang di Bavaria pekan lalu. Orang ini didapati membawa banyak senjata dan bahan peledak dalam mobilnya.

"Serangan Paris sudah dipersiapkan, terorganisasi dan terencana di luar negeri, dengan bantuan orang dalam (Prancis)," kata Hollande seperti dikutip AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015