Manila (ANTARA News) - Pemerintah meminta Republik Rakyat Tiongkok untuk mengimbangi neraca perdagangan dengan meningkatkan investasi di Tanah Air karena Indonesia masih mengalami defisit cukup lebar.

"Untuk mengimbangi hubungan bilateral ada dua cara, pertama neraca perdagangannya imbang atau kedua neraca dagang meski defisit, akan tetapi uang yang keluar tersebut kembali masuk dalam bentuk investasi," kata Menteri Perdagangan Thomas Lembong di sela-sela Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) Summit 2015 di Manila, Filipina, Rabu.

Thomas mengatakan dalam pertemuan bilateral dengan Wakil Menteri Perdagangan RRT Wang Shouwen, Indonesia membicarakan kemungkinan Tiongkok bisa menginvestasikan kembali uang yang diperoleh dari surplus negara tersebut dari perdagangan dengan Indonesia.

Menurut Thomas, terkait dengan permintaan Indonesia itu, Tiongkok sangat mendukung dengan catatan Indonesia harus bisa bergerak cepat dan menawarkan proyek-proyek dengan segera.

"Memang, keperluannya besar. Kita harus agak gencar membantu supaya defisit neraca perdagangan dengan Tiongkok itu bisa diinvestasikan kembali ke Indonesia," kata Tom.

Sementara itu, Ketua Tim Ahli Wakil Presiden, Sofyan Wanandi, saat ditemui di sela-sela rangkaian acara APEC Summit 2015 mengatakan bahwa terkait permintaan Indonesia ke Tiongkok sudah disampaikan secara informal oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla kepada Presiden Tiongkok, Xi Jinping.

"Masalah ini sudah dibicarakan secara informal juga oleh Pak JK dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping, mereka sudah membicarakan hal tersebut," kata Sofyan.

Sofyan menjelaskan beberapa hal yang disampaikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla antara lain adalah Tiongkok diharapkan bisa mengimpor produk Indonesia lebih banyak dari saat ini, kemudian investasi di bidang infrastruktur di Indonesia.

"Tiongkok itu harus lebih banyak impor dari kita, investasi dalam infrastruktur, bagaimana Tiongkok mau lebih banyak berinvestasi di Indonesia. Jangan hanya bangun infrastruktur tapi jual barang dari Tiongkok, kita nanti rugi juga," kata Sofyan.

Sofyan menjelaskan Tiongkok diharapkan bisa membangun pabrik-pabrik di Indonesia seperti pabrik komponen agar neraca perdagangan antara Indonesia dengan Negeri Panda tersebut bisa jauh lebih berimbang, karena defisit yang tercatat mencapai di atas 12 miliar dolar AS per tahun.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, pada periode Januari hingga Agustus 2015, defisit neraca perdagangan Indonesia dengan republik Rakyat Tiongkok mencapai 9,16 miliar dolar AS.

Defisit tersebut melebar jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014 lalu yang tercatat sebesar 7,90 miliar dolar AS atau mengalami kenaikan sebesar 15,83 persen.

Sementara untuk total perdagangan, dalam periode yang sama tercatat mengalami penurunan menjadi 29,16 miliar dolar AS, pada tahun lalu mencapai 31,63 miliar dolar AS atau terjadi kontraksi sebesar 7,80 persen.

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015