Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Keuangan masih menerapakan strategi "front loading" untuk pembiayaan APBN 2016, dengan menerbitkan 61 persen dari total Surat Berharga Negara di paruh pertama 2016.

"Sebanyak 61 persen dari gross rencananya akan kami eksekusi di semester I 2016," kata Direktur Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kemenkeu Robert Pakpahan dalam Pertemuan Investor dan Pameran Investasi di Jakarta, Senin.

Adapun rencana penerbitan SBN pada 2016 sebesar Rp532,4 triliun, berdasarkan data yang dipaparkan Robert. "Front loading" merupakan upaya pemerintah dalam menarik pembiayaan di awal tahun.

Robert mengharapkan prospek pasar SBN pada semester I 2016 akan lebih baik dibandingkan paruh waktu di 2015, meskipun dia akui ketidakpastian di pasar keuangan global masih membayangi, dipicu aksi spekulasi terhadap kebijakan moneter negara-negara maju.

Untuk mengurangi tekanan karena volatilitas ekonomi global, kata Robert, kepemilikan domestik di pasar SBN harus diperbesar. Saat ini, kepemilikan asing di portofilo SBN Indonesia mencapai 37,4 persen. Hal itu juga dipicu oleh masih sedikitnya porsi investasi dari industri keuangan domestik ke pasar SBN.

Sebagai gambaran, di sejumlah negara di ASEAN, seperti Malaysia, kepemilikan industri dana pensiun dan asuransi setempat di pasar SBN pemerintah mencapai 50 persen. Namun, di Indonesia rata-rata, investasi Dana Pensiun dan Asuransi baru mencapai 18 persen ke pasar SBN.

Robert mengatakan pemerintah berupaya mengurangi porsi asing dengan mengoptimalkan mekanisme pasar bukan dengan pemaksaan atau pengambilalihan.

Selain meningkatkan aset dari industri keuangan, kata Robert, Kemenkeu juga akan memperbanyak instrumen SBN Ritel. Beberapa SBN ritel yang akan diterbitkan di 2016 adalah Obligasi Ritel Indonesia, Sukuk Ritel, dan Sukuk Tabungan.

Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan Kemenkeu Schneider CH Siahaan mengatakan strategi "front loading" untuk mengantisipasi efek negatif dari ketidakpastian pasar keuangan global tahun depan.

Namun, dia mengungkapkan optimisme bahwa dosis tekanan dari volatiltas global akan berkurang. Menurutnya, rencana OJK yang akan mewajibkan industri dana pensiun dan asuransi untuk menginvestasikan minimal 20 persen dana kelolaan ke pasar SBN akan meningkatkan kepemilikan domestik.

Dia juga mengatakan pertumbuhan penerbitan SBN ritel pada 2016 akan lebih tinggi dibanding tahun ini.

"Kita perlu berdayakan investasi dari domestik sendiri. Maka dari investasi masyarakat dalam dana pensiun dan asuransi juga hars diperbesar," ujarnya.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015