New York (ANTARA News) - Indeks Dow dan S&P 500 ditutup nyaris positif pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena kekhawatiran tentang penurunan harga minyak dan pelambatan ekonomi global meredakan reli awal perdagangan.

Dow Jones Industrial Average naik 27,94 poin (0,17 persen) menjadi berakhir di 16.016,01, sedangkan indeks berbasis luas S&P 500 hanya bertambah satu poin (0,05 persen) menjadi 1.881,33, lapor AFP.

Indeks komposit teknologi Nasdaq merosot 11,47 poin (0,26 persen) menjadi ditutup pada 4.476,07.

Setelah pasar saham ditutup pada Senin untuk hari libur publik, sesi telah dimulai pada catatan positif, dengan saham-saham AS bergabung reli global dipicu spekulasi bahwa pemerintah Tiongkok akan memberlakukan stimulus dalam menanggapi pelambatan pertumbuhan.

Tetapi reli kemudian meredup karena kekhawatiran tentang penurunan harga minyak kembali ke garis terdepan.

"Kami hanya semacam menunggu beberapa stabilitas," kata Chris Low, kepala ekonom di FTN Financial.

Jack Ablin, kepala investasi di BMO Private Bank, mengatakan ekspektasi musim laporan laba perusahaan-perusahaan AS lesu telah memperkecil pembelian saham-saham.

"Kasus dasar saya adalah kekacauan," kata Ablin. "Setiap kenaikan rendah mengejutkan secara ekonomi, kita harus melihat harga saham jatuh 10 persen lagi."

Saham-saham terkait minyak bumi terus tersandung karena harga minyak turun.

Anggota Dow, Chevron, kehilangan 2,6 persen, Halliburton turun 3,4 persen dan Marathon Oil kehilangan 5,7 persen.

Delta Air Lines naik 3,3 persen setelah melaporkan laba kuartal keempat 980 juta dolar AS, dibandingkan dengan kerugian 712 juta dolar AS pada periode tahun lalu. Hasil itu didorong oleh penurunan 42 persen dalam biaya bahan bakar.

Twitter tenggelam 7,0 persen setelah mengalami pemadaman selama berjam-jam di beberapa pasar penting. Seorang juru bicara Twitter untuk Eropa mengonfirmasi lokasi pemadaman, sementara pengguna di Afrika Selatan, Brazil, Filipina, Nigeria dan Uganda juga melaporkan masalah-masalah yang sama.

Tiffany jatuh 5,1 persen setelah mengatakan penjualan bersihnya di seluruh dunia menurun tiga persen pada periode penting November-Desember, sebagian karena dolar lebih kuat dan aktivitas wisata yang lemah di beberapa pasar.

Perusahaan perhiasan itu juga menurunkan perkiraan labanya, memproyeksikan penurunan 10 persen untuk tahun ini, sebagian karena biaya pesangon dari pengurangan pegawai.

Johnson & Johnson naik 0,5 persen karena mengumumkan akan memangkas 3.000 pekerjanya guna menghemat biaya dalam bisnis perangkat medis.
(Uu.A026)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016