Jakarta (ANTARA News) - Kalangan ekonom memprediksikan Bank Indonesia akan kembali menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,75 persen pada kesimpulan Rapat Dewan Gubernur 17 Maret 2016 esok.

Ekonom OCBC Bank Wellian Wiranto dalam paparan di Jakarta, Rabu, mengatakan bank sentral memiliki ruang untuk melonggarkan kembali instrumen moneternya, didukung laju inflasi yang terjaga, dan kebutuhan untuk mempercepat pemulihan ekonomi domestik.

Setelah melakukan dua kali penurunan BI Rate pada Januari dan Februari 2016 sebesar 50 basis poin, Wellian melihat bank sentral masih berkesempatan untuk menurunkan lagi BI Rate sebesar 50 basis poin pada sisa tahun.

"Bulan ini akan turun 25 basis poin, satu kali lagi akan dilakukan selanjutnya, jadi akhir tahun akan 6,5 persen," kata dia.

Penurunan kembali BI Rate pada esok juga, menurut Wellian akan disertai dengan dilemahkannya kembali Giro Wajib Minimum-Primer agar perbankan memiliki tambahan likuiditas.

Maka dari itu, kata dia, arah dari pelonggaran moneter ini akan mendorong peningkatan permintaan kredit, sehingga pada akhirnya memacu kegiatan ekonomi.

"Perbankan akan menunjukkan tren pertumbuhan yang positif dari kebijakan ini," kata dia.

Sementara tekanan eksternal, menurut Wellian cukup mereda dibanding 2015. Pada Rabu malam ini, menurut Wellian, investor dan pelaku pasar meyakini Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Amerika Serikat tidak akan memutuskan untuk menaikkan suku bunganya.

Namun, investor dan pelaku pasar menanti pernyataan The Fed mengenai sikap dan arah kebijakan moneternya dalam setahun ke depan, terutama terkait konsistensi untuk menaikkan suku bunga acuan empat kali secara bertahap.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, menurut Wellian, tidak akan melebihi level Rp13.600 pada tahun ini.

Bahkan rupiah cenderung akan menguat, dengan potensi ke level Rp12.000, namun Bank Indonesia akan sangat hati-hati untuk menjaga nilai tukar rupiah.

"BI akan mengarahkan rupiah tidak terlalu kuat, juga tidak terlalu lemah, untuk membuat ekonomi kompetitif," ujarnya.

Sementara, ekonom DBS Bank, Gundy Cahyadi melihat peluang yang sama untuk penurunan BI Rate 25 basis poin menjadi 6,75 persen. pada Maret ini.

Gundy melihat penguatan kurs rupiah beberapa waktu terakhir telah memberikan ruang bagi bank sentral untuk melonggarkan kembali BI Rate.

Namun, dia melihat masih ada risiko dari tekanan inflasi pada beberapa bulan ke depan yang membuat bank sentral akan sangat hati-hati dalam melonggarkan kebijakan moneternya.

"Inflasi bisa saja di atas proyeksi ( di atas lima persen), jika biaya logistik dan hambatan infrastruktur tidak terselesaikan," katanya.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016