New York (ANTARA News) - Bandara-bandara besar di Amerika Serikat dinyatakan dalam siaga tinggi, sedangkan Bandara Internasional Denver sempat mengungsikan para penumpang setelah menerima ancaman yang ternyata palsu setelah bom bunuh diri kembar menerjang Brussels sampai menewaskan paling sedikit 30 orang.

Kendati begitu Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Jeh Johnson mengaku lembaganya tidak mempunyai data intelijen yang menunjukkan bakal ada serangan serupa Brussels menimpa AS.

Namun Departemen Luar Negeri menerbitkan peringatan kunjungan kepada warga negaranya di Eropa agar menghindari tempat-tempat ramai, waspada selalu saat di tempat ramai atau saat menggunakan angkutan umum serta berhati-hati saat hari libur keagamaan, selain juga di tempat-tempat festival.

"Kelompok-kelompok teroris terus berencana melancarkan serangan jangka pendek di seluruh Eropa, dengan menyasar event-event olah raga, situs pariwisata, restoran dan transportasi," kata Departemen Luar Negeri AS.

Serangan teror di Brussels ini juga membuat panas kampanye pencalonan presiden AS di mana calon kuat dari Demokrat Hillary Clinton menyatakan perlu upaya lebih keras lagi melawan ISIS yang mengaku bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri itu.

Sedangkan calon presiden utama dari Republik, Donald Trump, kembali menyerukan agar perbatasan AS diperketa kembali dan menyerukan dinas intelijen AS menerapkan teknik penyiksaan untuk mencegah serangan teror.

Di berbagai belahan dunia, bandara-bandara paling sibuk dan stasiun-stasiun ditempatkan dalam siaga keamanan paling tinggi yang ditandai dengan banyaknya petugas keamanan berpatroli di dalamnya.

Pemandangan itu terlihat pula di Bandara Internasional John F. Kennedy, New York, yang mendadak dijaga ketat oleh para petugas berpakaian preman dan dari tentara Pengawal Nasional.

Sementara itu beberapa maskapai AS --Delta Air Lines Inc, United Continental Holdings Inc dan American Airlines Group Inc-- menyatakan telah membatalkan sejumlah penerbangan gara-gara serangan teror di Brussels itu, demikian Reuters.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016