Filipina (ANTARA News) - Tentara Filipina memerangi sekelompok sekitar 120 orang pemberontak terkait Negara Islam dalam serangan 10 jam di sebuah pulau selatan yang menewaskan 30 orang, kata jurubicara militer, Minggu.

Mayor Filemon Tan mengatakan militer menyerang sebuah kubu pemberontak Abu Sayyaf di pulau Basilan yang dipimpin Isnilon Hapilon, pemimpin pemberontak yang oleh Departemen Luar Negeri AS disediakan hadiah hingga $5 juta bagi yang bisa menangkapnya.

"Saya dapat mengkonfirmasikan 18 tentara tewas dan 53 luka-luka," kata Tan, yang menambahkan bahwa lima gerilyawan, termasuk seorang asal Maroko, Mohammad Khattab, dan Ubaida, putra Hapilon, tewas dalam insiden hari Sabtu, yang melukai 20 pemberontak.

Tidak ada pernyataan segera dari Abu Sayyaf, yang dikenal melakukan pemerasan, penculikan, pemenggalan dan pemboman, dan merupakan salah satu kelompok pemberontak brutal di selatan Filipina.

Kelompok ini telah mem-posting video di situs media sosial dan berjanji setia kepada militan Negara Islam di Irak dan Suriah, yang telah menarik para pejuang asing dari Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Afrika Utara ke selatan Filipina yang bermasalah.

Tentara telah meningkatkan serangan terhadap pemberontak sejak November, Tan mengatakan, saat Presiden Benigno Aquino memerintahkan untuk memburu Abu Sayyaf atas penculikan dan eksekusi warga negara asing.

Di pulau terdekat Jolo, para pemberontak pada hari Jumat merilis pria Italia dari enam bulan kurungan. Tentara juga waspada terhadap faksi Abu Sayyaf lainnya  yang mengancam akan mengeksekusi dua orang Kanada dan wisatawan Norwegia setelah batas waktu tawaran tebusan berakhir.

Pada bulan Maret 2014, pemerintah menandatangani kesepakatan damai dengan kelompok pemberontak terbesar, Front Pembebasan Islam Moro, menjanjikan untuk memberikan otonomi di selatan dan mengakhiri konflik 45 tahun yang menewaskan 120.000 orang dan menelantarkan 2 juta lainnya, demikian Reuters melaporkan.

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016