Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi bergerak melemah sebesar 26 poin menjadi Rp13.220 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.194 per dolar Amerika Serikat.

"Dolar Amerika Serikat menguat terhadap mayoritas mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah. Melemahnya harga minyak mempengaruhi laju mata uang komoditas," kata ahli ekonomi Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, di Jakarta, Senin.

Terpantau harga minyak mentah jenis WTI Crude, Senin pagi (25/4), ini melemah 1,28 persen menjadi 43,17 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 44,66 dolar Amerika Serikat per barel, turun 1,00 persen.

Kondisi itu, lanjut dia, berpeluang untuk mempertahankan laju dolar AS, paling tidak hingga hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Kamis (28/4) waktu setempat.

Di sisi lain, ia menambahkan, perhatian investor juga sedang tertuju pada angka inflasi April 2016 yang sedianya akan dirilis pada awal pekan depan (Senin, 2/4), diperkirakan laju inflasi di bawah 4 persen secara tahunan memfaktorkan pemangkasan harga bahan bakar minyak jenis premium dan solar.

Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities, Nico Omer Jonckheere, mengatakan, pelemahan rupiah masih relatif terbatas seiring dengan rencana pemerintah meluncurkan paket kebijakan ekonomi tahap XII serta keputusan Bank Indonesia yang mempertahankan tingkat suku bunga acuan (BI rate) di level 6,75 persen, keputusan itu sesuai dengan perkiraan pasar.

"BI menujukan optimisme bahwa pelonggaran moneter akan diikuti oleh penurunan bunga kredit dalam waktu dekat yang dapat menggerakan ekonomi domestik," katanya.

Dari eksternal, lanjut dia, pasar berharap harga minyak mentah dunia yang stabil di atas level 40 dolar Amerika Serikat per barel dapat berpengaruh ke harga komoditas lainnya sehingga dapat berdampak positif bagi mata uang domestik. 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016