Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta pada Jumat sore melemah 48 poin menjadi 13.325 per dolar AS setelah hari sebelumnya berada pada 13.277 per dolar AS.

"Minimnya sentimen positif baik dari eksternal dan luar negeri, kembali menekan mata uang rupiah terhadap dolar AS hingga menembus level Rp13.000 per dolar AS," ujar Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta.

Ia mengatakan bahwa rencana bank sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk menaikan suku bunga acuan pada rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Juni nanti yang masih bervariasi mendorong pelaku pasar uang cenderung menghindari mata uang berisiko.

Dari dalam negeri, lanjut dia, lembaga pemeringkat Standard & Poors (S&P) yang sedang mengkaji peringkat Indonesia turut memberi ketidakpastian sentimen di pasar uang dalam negeri.

Kendati demikian, menurut Lukman Leong, pelemahan rupiah relatif masih terbatas dan bersifat jangka pendek mengingat laju inflasi domestik cukup terkendali.

"Menjelang puasa, biasanya inflasi akan terkendali, namun pada tahun ini diperkirakan akan terjaga," katanya.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa penguatan dolar AS terbantu oleh proyeksi data ekonomi Amerika Serikat yang akan dirilis dalam waktu dekat mencatatkan hasil positif.

"Amerika Serikat akan merilis data ekonomi diantaranya penjualan ritel, indeks harga produsen, dan tingkat keyakinan konsumen. Secara keseluruhan data-data tersebut diperkirakan menunjukan perbaikan, dan jika sesuai ekspektasi maka dolar berpotensi terus menguat terhadap mayoritas mata uang utama dunia," katanya.

Sementara itu, menurut kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat (13/5) rupiah berada pada 13.311 per dolar AS menguat dari posisi sebelumnya (Kamis, 12/5) di level 13.299 per dolar AS. 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016