Karimun, Kepri (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Tanjung Balai Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, mengimbau warga agar mewaspadai petir, hujan dan angin kencang hingga sepekan mendatang.

"Selama sepekan ke depan, curah hujan di Karimun cukup tinggi, disertai angin kencang dan petir. Warga kami imbau waspada ketika beraktivitas di luar ruangan," kata prakirawan BMKB Stasiun Tanjung Balai Karimun Pande NYM Parwata di Tanjung Balai Karimun, Kamis.

Pande Parwata mengatakan, wilayah Kabupaten Karimun sejak awal Mei dilanda musim hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi.

Kelembaban udara di Kepulauan Riau, menurut dia, memicu terjadinya awan hitam pekat yang berpotensi terjadinya hujan.

Musim hujan, kata dia, diperkirakan masih berlangsung hingga sepekan ke depan dengan suhu udara 26 hingga 33 derajat Celcius, dan kecepatan angin dari arah selatan berkisar 17 kilometer per jam. Sedangkan kelembaban udara berkisar 67 hingga 96 persen.

Pelaku pelayaran, lanjut dia, hendaknya waspada dengan gelombang tinggi yang dapat membahayakan keselamatan pelayaran.

"Cuaca setiap hari cenderung berawan hitam, berpotensi hujan angin kencang. Nakhoda kami imbau mewaspadai cuaca buruk," ucapnya.


Dihantam Gelombang Tinggi

Sementara itu, MV Dumai Express 21 dari Pelabuhan Sekupang Batam tujuan Tanjung Balai Karimun dihantam gelombang tinggi di sekitar perairan Karanghelen pada Rabu (18/5), atau 30 menit setelah berangkat dari Batam.

Nakhoda Dumai Express 21, Dahlan mengatakan, kaca jendela tempat penumpang pecah dihantam gelombang, namun tidak terjadi kebocoran.

Penumpang yang berjumlah 52 orang, kata dia, sempat panik dan diminta menggunakan jaket pelampung untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.

"Kondisi cuaca di laut cukup buruk, hujan disertai angin kencang yang dapat memicu gelombang tinggi. Kami bersyukur, kapal tiba dengan selamat di Tanjung Balai Karimun.

MV Dumai Express 21 tiba dengan selamat di Tanjung Balai Karimun, Rabu sore.

Pewarta: Rusdianto Syafruddin
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016