Kami mendesak negara berpeluang besar terkena Zika memeperkuat kemampuan ..."
San Jose (ANTARA News) - Seorang perempuan Salvador yang diduga terinfeksi virus Zika telah melahirkan seorang bayi perempuan di Kosta Rika yang dinyatakan positif menderita masalah pertumbuhan otak (mikrosefalus), termasuk cacat lahir, kata pihak berwenang negeri Amerika Latin itu.

Pejabat kesehatan Kosta Rika mengatakan bahwa perempuan tersebut memasuki negara itu dari El Salvador pada April 2016.

Jika dipastikan, maka kasus itu akan menandai kasus mikrosefalus keenam yang terkait dengan infeksi Zika di Amerika Tengah, dan yang pertama di Kosta Rika.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada konsensus ilmiah yang kuat bahwa Zika dapat menyebabkan mikrosefalus dan sindrom Guillain-Barre, yakni gangguan neurologis langka yang dapat menyebabkan kelumpuhan, meskipun bukti konklusif memerlukan waktu beberapa bulan atau tahun.

Mikrosefalus dicirikan oleh ukuran kepala yang kecil dan dapat mengakibatkan gangguan perkembangan.

Brazil telah mengkonfirmasi sekitar 1.200 kasus mikrosefalus dan menganggap kebanyakan dari mereka terkait dengan infeksi Zika.

Sementara itu, WHO memprediksikan bahwa virus Zika dapat menyebar ke Eropa saat cuaca menghangat.

Meski demikian, WHO juga menjelaskan bahwa ancaman penyebaran Zika di Eropa masih pada tingkat kecil hingga moderat. Wilayah tempat nyamuk Aedes --penyebar virus Zika-- banyak menyebar adalah Pulau Madeira dan pantai utara Laut Hitam.

"Ada ancaman penyebaran virus Zika di wilayah Eropa dan itu beragam di antara negara satu dengan yang lain," kata Zsuzsanna Jakab, direktur kawasan WHO untuk Eropa.

Ia menimpali, "Kami mendesak negara berpeluang besar terkena Zika memeperkuat kemampuan dan mengutamakan pencegahan wabah Zika."

WHO di Eropa beroperasi di 53 negara --dari Laut Arktik di utara sampai Laut Tengah di selatan, dan Samudra Atlantic di barat sampai Samudra Pasifik di timur-- dengan populasi hampir mencapai 900 juta jiwa.

Sebelumnya, wabah Zika di Brasil membuat masyarakat internasional mulai meningkatkan kewaspadaan. Virus itu diduga menjadi penyebab ribuan cacat lahir yang dikenal dengan nama mikrosefalus.

WHO mengaku sudah melakukan sejumlah langkah untuk menurunkan potensi penyebaran Zika. Di 18 negara tempat menyebarnya nyamuk Aedes aegypti, tingkat risiko penyebaran Zika adalah moderat.

Sementara itu, WHO mencatat bahwa potensi wabah di 36 negara lain masih rendah dan sangat rendah mengingat tidak adanya nyamuk Aedes di tempat tersebut atau iklim yang tidak memungkinkan bagi sang nyamuk untuk berkembang.

Negara dengan potensi penyebaran Zika yang tinggi dan moderat harus memperbaiki sistem pencegahan nyamuk, kata WHO. Negara-negara itu juga harus melengkapi petugas kesehatan dengan sebuah alat pendeteksi Zika dini agar dapat segera melapor.

WHO mengukur risiko penyebaran Zika berdasarkan empat faktor, yaitu kontrol vektor, pengawasan klinis, kapasitas laboratorium, dan risiko komunikasi darurat.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016