Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Senin pagi bergerak menjadi Rp13.467 per dolar AS, naik dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.595 per dolar AS.

"Harapan kenaikan suku bunga Amerika Serikat yang mereda membuka ruang penguatan bagi mata uang rupiah terhadap dolar AS," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta.

Ia menjelaskan, serapan tenaga kerja Amerika Serikat yang menurun menjadi salah satu faktor dolar AS mengalami koreksi.

Pertambahan tenaga kerja non-pertanian AS diumumkan hanya 38.000, jauh di bawah rata-rata dalam 5 tahun terakhir yang mencapai 200.000, sehingga situasi itu mendorong dolar AS mengalami depresiasi.

Ia menambahkan, terpangkasnya tingkat pengangguran Amerika Serikat hingga 4,7 persen juga tidak terlalu banyak membantu menopang dolar AS.

Di tengah situasi itu, lanjut dia, mata uang rupiah masih memiliki ruang untuk terus melanjutkan apresiasinya, begitu juga dengan aset berdenominasi rupiah lainnya terutama surat utang negara (SUN).

Kendati demikian, ia mengatakan, potensi perlambatan ekonomi Indonesia masih dapat menjadi hambatan bagi rupiah ke depannya.

Beberapa data yang sedang menjadi fokus pelaku pasar di antaranya cadangan devisa periode Mei 2016. Selain itu, fokus pelaku pasar juga masih tertuju pada pembahasan kebijakan pengampunan pajak.

Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada menambahkan, laju harga minyak mentah dunia yang menguat turut memberikan sentimen positif pada mata uang di negara penghasil komoditas.

"Harga minyak mentah dunia yang meningkat membawa dampak positif bagi mata uang di negara penghasil komoditas," katanya.

Harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Senin pagi berada di level 49,05 dolar AS per barel, naik 0,88 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 49,97 dolar AS per barel, menguat 0,66 persen.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016