Los Angeles (ANTARA News) - Air diperlukan bagi kehidupan di Bumi, tapi di bulan paling besar yang mengitari Saturnus, Titan, kehidupan mungkin saja ada di luar batas reaksi kimia berbasis air, demikian menurut sebuah penelitian baru yang dilakukan para ilmuwan di Universitas Cornell, Xinhua.

Melaporkan dalam terbitan terbaru "Proceedings of the National Academy of Sciences" yang diterbitkan pada 4 Juli, para peneliti meneliti adanya hidrogen sianida (HCN) dalam atmosfer Saturnus dan berspekulasi bahwa itu bisa menjadi sebuah kemungkinan kunci untuk senyawa kimia prebiotik.

Penelitian-penelitian sebelumnya mengindikasi bahwa di permukaan Titan, HCN bisa bereaksi untuk membentuk rantai panjang atau polimer, salah satunya disebut "polyimine".

Sekarang, menggunakan model komputer dan data yang dikumpulkan misi NASA Cassini dan Huygens, para peneliti telah mengungkap bahwa di bawah kondisi lingkungan dingin seperti Titan, polymine fleksibel dan mampu menyerap energi matahari dan bisa menjadi katalis untuk kehidupan.

Titan adalah sebuah tempat yang sangat dingin. Alih-alih air, yang ada di permukaannya adalah metana dan etana cair. Atmosfer-nya yang padat, kabut kuning yang menyelimutinya penuh dengan hidrogen dan metana. Saat sinar matahari menyinari atmosfer penuh racun itu, reaksinya memproduksi hidrogen sianida.

"Kita terbiasa dengan kondisi kita di sini di Bumi. Pengalaman ilmu pengetahuan kita berada di suhu ruangan dan kondisi lingkungan. Sementara Titan adalah sesuatu yang benar-benar berbeda," kata Martin Rahm, peneliti kimia paska-sarjana di Universitas Cornell dan ketua penelitian. "Jadi, jika kita berpikir secara biologis, kita mungkin akan buntu."

Meski demikian, Titan dan Bumi memiliki sifat-sifat penting yang sama. Selain iklim yang tampaknya berbahaya, Titan juga memiliki penampakan rentangan tanah mirip Bumi seperti danau-danau, sungai-sungai dan lautan. Cairan jatuh seperti hujan dan mempengaruhi bebatuan melalui erosi.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016