Jakarta (ANTARA News) - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menilai ketidakpastian masih membayangi keputusan investor dalam menanamkan modalnya sepanjang triwulan II 2016 lalu. Efeknya, laju investasi melambat. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sepanjang triwulan II 2016 hanya tumbuh 5,06 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

"Saya kira, ini interpretasi spekulatif dari saya, tapi memang pada triwulan II agar istimewa dengan banyak ketidakpastian," kata Kepala BKPM, Thomas Lembong, seusai penandatangan nota kesepahaman dengan BPS, di Jakarta, Senin.

Menurut dia, banyak pihak yang menunggu kepastian amnesti pajak dan perombakan kabinet pada triwulan lalu. Di samping itu, ada pengaruh Brexit dan sejumlah peristiwa lainnya yang terjadi sehingga membuat para investor memperhatikan dulu sehingga menunda investasinya.

"Jadi ditunda dulu. Tunda bukan berarti batal ya. Tapi harapan saya, dengan perombakan kabinet yang disambut hangat pasar dan pelaku usaha, sudah disahkannya amnesti pajak, maka investasi yang tertunda sebelumnya bisa segera terealisasi," katanya.

Lebih lanjut, mantan Menteri Perdagangan itu mengatakan meski berbagai ketidakpastian telah dilewati, masih sulit memprediksi kepastian realisasi investasi di triwulan berikutnya.

"Sulit diprediksi. Saya harap dengan sudah lewatnya ketidakpastian di triwulan II, investasi yang tertunda bisa terealisasi. Banyak pengusaha fokus ke amnesti pajak dulu," tutupnya.

BPS mencatat perekonomian Indonesia pada triwulan II-2016 tumbuh mencapai 5,18 persen didukung peningkatan konsumsi rumah tangga.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2016 juga mendapatkan kontribusi dari konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) karena adanya kegiatan berskala nasional seperti Mukernas, Rakernas serta Kongres berbagai partai politik maupun organisasi masyarakat.

Lembaga itu juga mencatat adanya peningkatan signifikan dari konsumsi pemerintah karena tingginya realisasi belanja pegawai maupun barang pada APBN.

Sementara itu, sektor investasi juga memberikan kontribusi dalam ekonomi pada triwulan II-2016 yang didukung peningkatan belanja modal untuk konstruksi serta pertumbuhan barang modal jenis Cultivated Biological Resources terutama tanaman sawit, teh dan coklat.

Namun, kinerja sektor perdagangan masih mengalami kelesuan yang dipicu kontraksi ekspor barang non migas karena perlambatan di negara tujuan ekspor dan impor yang terkena imbas dari penurunan permintaan domestik serta depresiasi rupiah.

Secara keseluruhan, BPS mencatat konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2016 tumbuh 5,04 persen, konsumsi pemerintah 6,28 persen, konsumsi LNPRT 6,72 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 5,06 persen. Tapi, ekspor tumbuh negatif 2,73 persen dan impor negatif 3,01 persen. 

Pewarta: Ade Junida
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016