Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menurunkan proyeksi pertumbuhan kredit perbankan pada tahun ini menjadi 7-9 persen dari proyeksi sebelumnya 11-13 persen (year on year/YOY), mengingat lemahnya realisasi kredit di semester I/2016.

Secara tahun berjalan (year to date/YTD) hingga saat ini, kredit perbankan hanya tumbuh di bawah 3 persen," kata Gubernur BI Agus Martowardojo seusai hasil Rapat Dewan Gubernur triwulanan periode Agustus di Jakarta, Jumat malam.

Agus mengaku optimistis di sisa empat bulan tahun ini, saluran kredit dapat terakselerasi hingga sesuai target, meskipun pada Agustus 2016, pertumbuhan kredit secara tahun berjalan atau sejak Januari 2016 baru di bawah tiga persen.

Dia mengatakan pendorong saluran kredit pada sisa tahun adalah relaksasi rasio pinjaman terhadap nilai agunan (loan to value/LTV) yang membuat uang muka pembiayaan perumahan menjadi 15 persen, karena kredit dipinjamkan perbankan hingga 85 persen.

Kemudian, pelonggaran likuiditas karena penurunan tingkat Giro Wajib Minimum-Primer oleh BI sejak November 2016 sebesar 150 basis poin, kata Perry, akan terasa dampaknya untuk menggenjot likuiditas perbankan.

Dengan besarnya likuiditas perbankan, seharusnya, ujar Perry, pasokan kredit dari perbankan tidak terhambat, dengan catatan permintaan masyarakat juga meningkat.

Di samping itu, kata Perry, aliran modal masuk (inflow) yang mencapai Rp114 triliun hingga Agustus turut akan memperbesar likuiditas perbankan dan juga meningkatkan permintaan kredit.

"Dan tentunya bagaimana prospek ekonomi ke depan, dan ini tentu saja yang akan kita pantau ke depan. Dengan ekonomi yang lebih baik akan mendorong prospek ekonomi," kata Perry.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016