Padang (ANTARA News) - Balai Bahasa Sumatera Barat mendorong wartawan untuk lebih mempelajari bahasa Indonesia secara baik dan benar, agar masyarakat tidak salah paham ketika membaca berita yang dibuat.

"Saya menilai, masih banyak wartawan yang kemampuan menulisnya itu masih jauh dari kata baik, entah mungkin karena dikejar waktu atau bagaimana saya juga tidak tahu," kata Kepala Balai Bahasa Sumatera Barat, Agus Sri Danardana, di Padang, Senin.

Ia memaparkan dari sekian banyak surat kabar, bukan hanya ejaannya saja yang banyak salah namun juga logika dari berita itu sendiri sering tidak masuk akal. Bahasa --dalam hal ini bahasa Indonesia-- ibarat senjata bagi wartawan dalam profesinya, yang harus dikuasi sebaik-baiknya. 

Ketika membaca berita, sebut dia, banyak hal-hal yang kadang tidak masuk dalam logika, dan masyarakat yang disuguhi dengan bacaan tersebut akan menurut saja, karena bagi mereka profesi wartawan tidak diragukan lagi.

Jika masyarakat sudah terkontaminasi dengan tulisan wartawan, ujarnya, maka kesalahan-kesalahan seperti itu akan terus berulang.

"Untuk itu, kami dari pihak balai bahasa cukup prihatin dengan terus berulangnya kesalahan-kesalahan tersebut, bagaimana masyarakat akan cerdas, jika yang mereka baca adalah sesuatu yang banyak salahnya," tambah Danarnata.

Selain itu, katanya, wartawan adalah pihak yang dapat membangun masyarakat, sehingga merupakan suatu hal yang fatal jika kesalahan tersebut tidak diperbaiki.

Ia mengumpamakan, bahasa itu sama dengan manusia, ketika mau belajar dan membaca kamus, maka ia akan teratur dan sesuai tempatnya, namun akan sangat berbeda jika pedoman tersebut diabaikan.

Lebih lanjut, dia mengimbau kepada seluruh perusahaan media khususnya Sumbar, baik itu cetak maupun elektronik untuk melatih wartawannya terlebih dahulu sebelum diterjunkan ke lapangan.

"Jika sudah dilatih dan diberikan pembekalan, maka pasti akan tampak hasilnya ketika menulis berita, kecuali jika memang orangnya yang tidak mau belajar," ujarnya. 

Pewarta: Agung Pambudi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016