PBB, New York (ANTARA News) - Seorang pejabat senior PBB pada Selasa (18/10) menyuarakan keprihatinan yang mendalam atas peningkatan krisis kemanusiaan di Mosul, kota di Irak Utara.

Ia juga menyerukan penguatan upaya untuk melindungi perempuan dan anak perempuan di kota tersebut, sementara pasukan Irak berusaha membebaskan Mosul dari petempur ISIS.

"Saya sangat prihatin dengan peningkatan cepat krisis kemanusiaan di Mosul, Irak, dan ancaman yang bertambah kuat terhadap kesehatan dan nyawa perempuan hamil yang mungkin terputus dari perawatan kebidanan darurat, yang bisa menyelamatkan nyawa," kata Babatunde Osotimehin, Wakil Sekretaris Jenderal PBB dan Direktur Pelaksana Dana Penduduk PBB (UNFPA), di dalam satu pernyataan.

Di antara 200.000 orang yang tampaknya akan kehilangan tempat tinggal selama beberapa pekan pertama operasi militer di Mosul, sebanyak 46.000 adalah perempuan dan anak perempuan dalam usia produktif, termasuk tak kurang dari 8.000 orang yang hamil atau akan melahirkan, kata pernyataan itu.

Layanan penyelamat nyawa harus dipertahankan dan bisa diakses oleh semua yang memerlukannya, katanya.

"Apakah kaum perempuan hidup atau meninggal dalam krisis seringkali tergantung atas apakah mereka dapat mengakses layanan kesehatan reproduksi dan seksual. Itu seringkali berada di belakang keperluan mendesak lain seperti makanan dan tempat berteduh," kata pernyataan tersebut.

"Semua itu meliputi perempuan hamil, yang mungkin menghadapi potensi komplikasi saat melahirkan, kondisi yang mengancam nyawa mereka, serta perempuan menyusui, perawatan bayi sepanjang kekacauan," kata pernyataan tersebut, sebagaiman dikutip Xinhua.

Selain itu, banyak gadis remaja dan perempuan yang menjadi pengungsi di dalam negeri mereka terancam oleh kekerasan gender, termasuk perkosaan, serta penyelundupan dan perbudakan seksual, kata pernyataan tersebut.

UNFPA meningkatkan layanan darurat kesehatan reproduksi dan reaksinya terhadap kekerasan yang berlandaskan gender guna melindungi kesehatan dan nyawa kaum perempuan dan anak perempuan yang terjebak di tengah krisis saat ini --yang diperkirakan akan membuat kehilangan tempat tinggal lebih dari satu juta orang dalam beberapa pekan ke depan, katanya.

"Dana tambahan sangat diperlukan untuk mengerahkan penyedia perawatan kesehatan dan melengkapi mereka dengan obat dan perlatan serta pasokan dasar lain kesehatan reproduksi," katanya.

UNFPA berkomitmen untuk sepenuhnya mewujudkan hak kesehatan reproduksi dan seksual semua perempuan dan anak perempuan dalam segala kondisi, krisis atau bukan, sepanjang waktu, tambahnya.

Pasukan Irak pada Selasa merebut kembali beberapa desa dari petempur ISIS, sebagai bagian dari serangan besar yang ditujukan untuk membebaskan Kota Mosul, kubu utama terakhir IS di Irak, kata satu sumber keamanan.

Mosul, sekitar 400 kilometer di sebelah utara Ibu Kota Irak, Baghdad, telah dikuasai ISIS sejak Juni 2014, ketika pasukan Pemerintah Irak meninggalkan senjata mereka dan menyelamatkan diri, sehingga memungkinkan anggota ISIS menguasai beberapa wilayah di Itara Barat dan Utara.

(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016