Yogyakarta (ANTARA News) - Bencana banjir yang terjadi di Kota Bandung, Senin (24/10) lalu, diakibatkan perubahan tataguna lahan dan tata ruang wilayah hulu daerah aliran sungai (DAS) Citarum.

"Perubahan tataguna lahan dan tata ruang wilayah hulu DAS Citarumberpengaruh besar terhadap banjir Kota Bandung," kata Ketua Ikatan Ahli Bencana Indonesia (IABI) Sudibyakto di Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Selasa.

Ia mengatakan, banjir Bandung Senin lalu merupakan banjir yang paling parah sejak 10-20 tahun terakhir ini.

Banjir Kota atau Urban Flood semacam ini, katanya, hampir selalu mengancam kota-kota besar di Indonesia, terlebih lagi secara geomorfologi Kota Bandung berupa cekungan yang dikelilingi oleh banyak pegunungan dan DAS di sekitarnya.

Menurut Sudibyakto, bencana banjir kota Bandung memang awalnya disebabkan tingkat curah hujan yang berlangsung sangat singkat dengan intensitas sangat tinggi dan merata menyebabkan debit sungai dan saluran drainase kota terlampaui.

Ditambah lagi, kata dia, sistem drainase Kota Bandung yang bertopografi miring mendukung sistem pengatusan banjir sehingga banjir berlangsung lebih cepat.

"Akibatnya, terjadi banjir besar dan mampu menerjang apa saja yang dilewatinya," kata Sudibyakto, yang juga Guru Besar Fakultas Geografi UGM.

Selain itu, urbanisasi dan munculnya kompleks perumahan kumuh di sepanjang sungai, juga menyumbang debit banjir.

"Hujan dengan intensitas sangat tinggi di atas 60 mm/jam akan menyebabkan kemampuan lahan tidak mampu menyerap lebihan air hujan sehingga kapasitas infiltrasi tanah lebih kecil daripada intensitas hujan," terang dia.

Pewarta: RH Napitupulu
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016