Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antar bank di Jakarta pada Selasa pagi turun tiga poin menjadi Rp13.521 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah relatif bergerak stabil. Pasar cenderung masih dibayangi beberapa kekhawatiran seperti inflasi November 2016 yang berpeluang naik serta rencana demonstrasi pada akhir pekan ini," kata ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta.

Ia mengatakan permintaan dolar AS yang meningkat menjelang akhir bulan juga turut membuat rupiah cenderung melemah meski terbatas.

Namun, menurut dia, rupiah juga masih berpotensi kembali menguat menyusul imbal hasil surat utang negara (SUN) yang mulai turun mengikuti tren global dan itu menandakan mulai meredanya aliran keluar dana asing dari dalam negeri.

Selain itu, ia mengatakan, pelaku pasar uang juga mulai dapat memperhitungkan efek negatif dari kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat.

Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak berpeluang naik setelah anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyatakan sepakat memangkas produksi walaupun finalisasinya masih menunggu kesepakatan mengenai besaran pemangkasan.

Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova mengatakan bahwa para pelaku pasar juga cenderung "menanti dan melihat" menjelang rencana kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve).

"Pergerakan mata uang negara berkembang masih dibayangi oleh potensi kenaikan suku bunga AS," katanya.


Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016