Tiap tahun makin tinggi, padahal bukan hanya industri asuransi yang membutuhkan aktuaris. Kalau tidak ada ya terpaksa impor."
Jakarta (ANTARA News) - Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI) menyatakan bahwa tenaga aktuaris atau ilmu tentang pengelolaan risiko keuangan di masa yang akan datang di Indonesia masih rendah.

"Tenaga aktuaris di Indonesia masih rendah yakni hanya sekitar 400 orang, sedangkan kebutuhan masyarakat akan perlindungan jiwa dan kesehatan diprediksi akan terus meningkat," kata Ketua Umum PAI Rianto Djojosugito kepada Antara di Jakarta, melalui keterangan tertulis, Sabtu.

Rianto juga menjelaskan bahwa saat ini Malaysia adalah salah satu negara yang telah banyak menghasilkan tenaga aktuaris. Aktuaris Malaysia telah menyebar ke negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia, di Singapura saja, sebanyaj 60 persen tenaga aktuarisnya berasal dari Malaysia," kata Rianto.

Menurutnya, setiap tahun Indonesia baru bisa menciptakan sekitar 40 aktuaris.

Mendukung pernyataan dari Rianto, Deputi Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Edy Setiadi, usai menyaksikan penandatanganan kerjasama antara AXA Mandiri & AXA dengan Universitas Gajah Mada, mengatakan bahwa saat ini di Indonesia kurang lebih ada 107 perusahaan asuransi yang semuanya membutuhkan tenaga aktuaris. Hal tersebut belum termasuk perusahaan bidang lain yang membutuhkan aktuaris, sehingga perkiraan kebutuhan seribu tenaga aktuaris itu adalah angka minimum dalam setahun.

"Tiap tahun makin tinggi, padahal bukan hanya industri asuransi yang membutuhkan aktuaris. Kalau tidak ada ya terpaksa impor," kata Edy Setiadi. Edy menambahkan bahwa pihaknya tidak mengharapkan tenaga aktuaris di Indonesia didominasi oleh tenaga asing. Ia menginginkan orang Indonesia mampu menjadi tuan di tanahnya sendiri.

Pada kesempatan yang sama, Country CEO AXA Indonesia Paul-Henri Rastoul, menjelaskan bahwa ada perbedaan sistem asuransi antara Malaysia dan Indonesia, di Malaysia, masyarakatnya diwajibkan oleh pemerintah untuk memiliki asuransi, sedangkan di Indonesia, masyarakatnya boleh memilih apakah ingin memiliki asuransi atau tidak. Menurut Paul, hal tersebut yang membuat Malaysia saat ini memiliki aktuaris yang melimpah.

Pewarta: Afut Syafril
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016