Semarang (ANTARA News) - Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 15 Semarang mengajak kalangan orang tua siswanya untuk mengajar murid sebagai bentuk partisipasi peran sesuai dengan Kurikulum 2013.

Dalam program yang dikemas dengan "Orang Tua Mengajar" di Aula SMA Negeri 15 Semarang, Rabu, tampil sebagai pengajar, yakni Hadi Ibrahim Soleh, orang tua Nabila, salah satu siswa kelas XII.

Di hadapan puluhan siswa kelas XII IPA, Ibrahim yang berprofesi sebagai pengusaha ekspor-impor pada kesempatan itu menceritakan pengalamannya menekuni usaha yang dimulainya dari nol.

"Saya ingin memotivasi anak-anak untuk berwirausaha setelah lulus sekolah. Kalau mereka tidak punya biaya untuk kuliah, jangan putus asa," kata pria yang pernah menjadi OB (office boy) itu.

Bahkan, kata dia, saat masih bersekolah pun siswa bisa menangkap peluang usaha kecil untuk membantu membiayai sekolahnya, seperti berjualan baju, cuci motor, hingga berjualan gorengan.

"Ya, saya juga pernah mengalaminya. Kalau mau sukses, ya, harus mau berusaha dan berjuang, dimulai dari yang kecil. Tidak ada ceritanya orang tiba-tiba langsung jadi bos besar," katanya.

Ia juga tidak sependapat dengan kebanyakan orang tua yang "memaksakan" cita-cita anak menjadi pilot, dokter, dan sebagainya, melainkan lebih disesuaikan dengan bakat dan potensi anak.

"Kasihan anaknya kalau ternyata nanti tidak bisa jadi dokter karena tidak punya biaya untuk kuliah, dan sebagainya. Jangan juga mendoktrin anak menjadi PNS (pegawai negeri sipil)," ungkapnya.

Yang terpenting, kata Ibrahim, penanaman semangat kepada anak-anak untuk menjadi dirinya sendiri, sementara tugas orang tua untuk membimbing, termasuk jika ternyata anak ingin menjadi "entrepreneur".

"Satu yang tidak boleh dilupakan. Selalu ingat kepada Allah SWT, di manapun dan kapanpun. Jangan kemudian, begitu sudah sukses malah lupa kepada Tuhan," katanya kepada para siswa.

Wakil Kepala SMA Negeri 15 Semarang Sukisroyi menjelaskan program "Orang Tua Mengajar" merupakan bentuk partisipasi kalangan orang tua untuk pendidikan sebagaimana diamanahkan Kurikulum 2013.

"Tidak hanya orang tua ikut mengajar. Bisa juga nanti ada (program, red.) orang tua menilai. Intinya, peran orang tua diperbesar. Ikut bertanggung jawab terhadap pendidikan anak," katanya.

Galih Endah Mukti, siswa XII IPA 2 yang mengikuti kegiatan itu, mengaku termotivasi untuk menjadi sukses, apalagi setelah mendengar pengalaman salah satu orang tua siswa itu.

"Saya sangat terkesan. Memang sukses itu tidak mudah, harus berani mengawali dari sesuatu yang kecil. Namun, yang paling penting adalah selalu ingat kepada Allah SWT di manapun berada," katanya.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016