Kyai NU diminta atau tidak diminta harus menyuarakan akhlakul karimah, ceramah yang rukun bukan yang konflik. Diperintah maupun tidak akan menyuarakan itu, saya jamin
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo makan siang bersama dengan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siraj di Istana Merdeka Jakarta, Rabu.

Mengenakan baju batik lengan panjang dengan dasar kekuningan, Said Awil datang ke Istana sekitar pukul 11.50 WIB untuk diterima Presiden sekitar pukul 13.15 WIB.

Dia langsung disambut Presiden dan diajak ke ruang tengah di mana di sebuah meja bundar sudah terhidang sajian makanan dari beberapa menu.

Santap siang ini berlangsung sekitar satu jam. Usai makan siang, Presiden langsung memimpin rapat terbatas di Kantor Presiden dan Said Aqil meninggalkan Istana Merdeka.

Said Aqil mengungkapkan, dalam acara makan siang ini ada beberapa hal yang menjadi pembicaraan, antara lain  menguatnya Islam radikal akhir-akhir ini dan masalah intoleransi.

"Indikasi, fenomena menguatnya Islam radikal menjadi agenda kita. Bagaimana memperkuat kembali, terus memperkuat Islam moderat dibangun kembali," kata Said.

Dia mengungkapkan dunia melihat mayoritas umat Islam Indonesia adalah moderat, toleran dan bermartabat.

"Akhir-akhir ini agak mulai mengendor dan gejala intoleransi mulai menguat. Bagaimana upaya intoleran ini dapat kita atasi dan kembali ke Indonesia yang toleran, Indonesia yang damai, yang beradab, yang bermartabat, Islam kultur bukan Islam yang doktrin, Islam ramah," harap Said Aqil.

Untuk mengatasi itu, kata ketua PBNU, pemerintah harus melibatkan para kyai dalam ceramahnya untuk membimbing masyarakat kembali ke Islam moderat, toleran, beradab dan ramah.

"Kyai NU diminta atau tidak diminta harus menyuarakan akhlakul karimah (akhlak mulia sesuai ajaran Islam), ceramah yang rukun bukan yang konflik. Diperintah maupun tidak akan menyuarakan itu, saya jamin," tegas Said Aqil.

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017