Palu, Sulawesi Tengah (ANTARA News) - Kepala Kantor perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah Miyono mengatakan ada empat informasi tidak benar mengenai uang Rupiah tahun masa edar 2016 yang beredar di masyarakat saat ini.

Informasi itu adalah isu gambar palu arit di uang kertas, warna uang kertas yang mirip Yuan atau mata uang China, pemilihan gambar pahlawan nasional non muslim dan pencetakan uang di perusahaan swasta bernama PT Pura Barutama.

"Informasi itu tidak benar sama sekali, dan kami terus melakukan sosialisasi dan klarifikasi terkait isu itu yang dianggap sebagai upaya dalam memecah belah persatuan bangsa," kata Miyono di Palu, Selasa.

Untuk meluruskan isu itu, Bank Indonesia telah melakukan sosialisasi uang NKRI melalui media cetak, media elektronik, dan bertemu langsung dengan masyarakat.

Miyono membantah ada simbol palu arit. Yang benar, kata dia, itu adalah salah satu unsur pengaman pada uang rupiah, yaitu rectoverso atau gambar saling isi.

"Desain unsur pengaman rectoverso telah diketahui oleh lembaga tinggi negara yang lain, yaitu BIN, Polri, Kejaksaan dan Kementerian Keuangan," tandas Miyono.

Kemudian, warna uang Rupiah TE 2016 sudah sesuai dengan standar bank sentral di seluruh dunia dan tidak dimiripkan dengan uang Yuan.

Mengenai irisan warna mirip antara mata uang satu negara dengan negara lain, Miyono menandaskan kemiripan adalah wajar.

"Untuk pemilihan gambar pahlawan di uang Rupiah, didasarkan pada pertimbangan keterwakilan daerah yang ada di tanah air dan tidak ada muatan politis atau unsur suku, agama dan ras," tandas dia.

Bank Indonesia, kata Miyono. telah memperoleh ijin dari ahli waris pahlawan nasional itu atas pemuatan gambar pada uang Rupiah.

Terakhir, kata Miyono, Bank Indonesia tidak pernah mencetak uang di PT Pura Barutama karena Bank Indonesia selalu mencetak uang di PT Perum Peruri.  PT Pura Barutama sendiri adalah salah satu dari 15 produsen pemasok bahan uang kertas Rupiah.

Sementara itu, Wakapolda Sulteng Kombes Pol Moh Aris Purnomo mengingatkan kembali berbagai upaya orang-orang tidak bertanggungjawab untuk memecah kesatuan bangsa.

Aris menyebut upaya orang-orang tak bertanggung jawab ini  mirip dengan kejadian yang menimpa negara-negara di Timur Tengah, seperti Suriah.

Untuk menghadapi ini, polisi, kata Aris, akan berperan aktif memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat  sehingga bisa mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Pewarta: Fauzi
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017