Bangkok (ANTARA News) - Surat perintah penahanan dikeluarkan untuk menangkap biksu Buddha berpengaruh di Thailand dan kepala kepolisian setempat, Kamis, menyatakan akan melakukan hal terbaik untuk membawanya ke jalur hukum walaupun sebelumnya mengalami kegagalan.

Kepolisian di negara didominasi umat Buddha tersebut beberapa kali berupaya menangkap Phra Dhammachayo, mantan kepala biara futuristik Wat Phra Dhammakaya, kuil terbesar di negara itu dan dihuni banyak biarawan.

"Kami tidak bisa mengatakan akan menangkap dia pada tahun ini, namun kami akan melakukan upaya terbaik untuk membawanya ke jalur hukum," kata Kepala Kepolisian Kerajaan Thailand, Chakthip Chaijinda, kepada Reuters.

Kuil itu, yang berada di luar wilayah Bangkok, menyatakan memiliki jutaan pengikut, termasuk beberapa politikus penting dan pelaku usaha.

Namun, sejumlah pengamat menilai pihak kuil mengeksploitasi para pengikutnya dan memanfaatkan agama untuk mendapatkan uang.

Surat perintah penahanan terbaru telah disetujui oleh pihak pengadilan di Provinsi Phang Nga, wilayah selatan Thailand.

Seorang juru bicara kepolisian menyatakan bahwa biara tersebut dituduh membakar hutan dan merebut kepemilikan lahan untuk kepentingan dirinya sendiri tanpa izin.

Kepala Humas kuil Wat Phra Dhammakaya, Phra Sanitwong Wuttiwongso, kepada Reuters menyatakan, pihak kuil sama sekali tidak khawatir akan surat perintah penahanan yang baru itu atau apa pun lainnya.

Dia menolak saat dikonfirmasi mengenai apakah Phra Dhammachayo masih di dalam kuil atau tidak. "Beliau ada di dalam hati kami," katanya.

Kuil tersebut sebelumnya menyatakan mantan kepala biara itu kesehatannya tidak mendukung untuk menjalani pemeriksaan terkait kasus hukum sehingga pihak kuil tidak bersedia menyerahkannya. Hal itu menunjukkan pertentangan terhadap junta yang memberangus sebagian besar penentangnya sejak merebut kekuasaan melalui kudeta 2014.

Pada 2015, Departemen Investigasi Khusus Thailand telah memanggil Phra Dhammachayo untuk diperiksa setelah kuilnya dutuduh menggelapkan dana lebih dari 1 miliar baht (28 juta dolar AS).

Silang pendapat terhadap pemimpin kuil itu menunjukkan perpecahan politik di Thailand selama lebih dari satu dasawarsa, yang juga merembet ke semua unsur kehidupan, termasuk di kalangan umat Buddha.

Pemimpin biara itu secara luas dianggap memiliki hubungan dengan mantan Perdana Menteri Thailand, Thaksin Shinawatra, yang digulingkan dalam kudeta pada 2006.

Militer menggulingkan pemerintahan pimpinan saudara perempaun Thaksin, Yingluck Shinawatra, dalam kudeta besar baru-baru ini.

Sebelumnya, pengikut Phra Dhammachayo menghalangi pintu masuk menuju kuil saat lebih dari 700 polisi berkumpul di luar dan bersiap menggerebeknya pada 27 Desember 2016.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017