Bekasi, 20/2 (Antara) - Warga Kompleks Dosen IKIP, Kota Bekasi, Bobby Garsia (41), memilih bertahan di lingkungan banjir selama lebih dari 33 tahun di lingkungan banjir karena harga jual rumah yang rendah.

"Pertimbangan saya tetap tinggal di perumahan ini walau disergap banjir setiap tahun karena tidak ada uang buat beli rumah baru," katanya di Bekasi, Senin.

Menurut warga Blok 1 RT01/RW02 Kompleks Dosen IKIP, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih itu harga jual rumahnya sangat rendah jika dijual.

Dia menceritakan, rumah dua lantai tetangganya dengan luas lahan mencapai 250 meter per segi berikut barang-barangnya dijual pada 2012 seharga Rp215 juta.

"Padahal kalau kita mengacu pada Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang berlaku saat itu, bisa sampai miliaran rupiah," katanya.

Menurut dia, keluarganya sulit untuk pindah ke rumah baru kalau hanya mengandalkan uang hasil penjualan rumah seharga itu.

"Rumah saya sudah dua lantai, kurang lebih sama dengan rumah tetangga saya yang dijual itu," katanya.

Namun demikian, Bobby tetap berharap keluarganya bisa pindah ke lokasi aman karena telah bosan disergap banjir rata-rata setinggi 1,5-20 meter setiap kali musim hujan turun.

Pria yang tinggal bersama dua anak dan satu istri itu mengaku tetap bertahan di Kompleks Dosen IKIP karena pertimbangan lokasi yang strategis dari tempat kerja di Jakarta.

"Sebab waktu tempuh menuju Jakarta dari rumah saya cukup cepat," katanya.

Bobby mengaku hanya bergantung pada kebijakan pemerintah daerah untuk terus mengupayakan proyek infrastruktur penanggulangan banjir di lingkungannya.

"Memang pada 2015 dan 2016 sudah ada dua proyek infrastruktur yang berjalan di sini. Yaitu peninggian jembatan Jalan Raya Caman dan Jalan Raya Jatiasih, serta pembuatan kolam retensi. Namun itu belum cukup mengentaskan banjir di lingkungan kami," katanya.

Diberitakan sebelumnya, banjir yang menggenangi 400 rumah warga di Kompleks Dosen IKIP dipicu akibat luapan Kali Cakung yang mengalir tepat di sebelah perumahan.

Luapan Kali Cakung dipicu kapasitas saluran yang tidak mampu menampung volume air setiap kali hujan deras turun lebih dari dua jam.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017