Bogor (ANTARA News) - Kebun Raya Bogor, Jawa Barat menghadapi persoalan sampah plastik dan kaleng yang
yang setiap tahun rata-rata mencapai 10 ton.

"Sampah memang jadi persoalan yang kita hadapi, setiap tahunnya 10 ton sampah plastik dan kaleng terkumpul di Kebun Raya Bogor," kata Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Bogor, Didik Widyatmoko, dalam acara Festival Peduli Sampah di Kebun Raya Bogor, Sabtu.

Menurut Didik, sampah plastik dan kaleng tersebut berasal dari pengunjung Kebun Raya Bogor yang belum memliki kepedulian dan kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya.

Ia mengatakan, produksi sampah plastik di Kebun Raya Bogor berfluktuatif bahkan lebih dari 10 tahun dan trennya terus meningkat setiap tahun.

"Angka 10 ton ini cukup signifikan, dan merusak estetika serta kebersihan dan kerapian kebun raya," katanya.

Ia mengatakan, Kebun Raya Bogor belum memiliki fasiitas pendaur ulang sampah plastik maupun anorganik. Kondisi tersebut menjadi persoalan yang terus dihadapi.

Selama ini, sampah yang terkumpul dibuang ke TPA Galuga dan beberapa diambil oleh pemulung.

"Tapi ini bukan solusi, karena selama kesadaran masyarakat belum ada. Sampah ini akan terus ada dan jadi kendala kemudian harinya," katanya.

Sementara itu, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) LIPI, Enny Sudarmonowati mengatakan, perlunya menumbuhkan budaya malu membuang sampah sembarangan.

"Jadi perlunya pendidikan sejak dini, mengajarkan anak untuk malu buang sampah sembarangan, dan perlu ada edukasi cara mengolah sampah yang baik dan benar," kata.

Festival Peduli Sampah digelar dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) di Kebun Raya Bogor. Kegiatan berlangsung selama dua hari 25-26 Februari 2017.

Kegiatan tersebut mengundang sejumlah komunitas masalah sampah. Dikemas dalam bentuk acara yang menarik dan menyenangkan seperti workshop art action, pelatihan seni kreatif dengan konsep 3R, dongeng tentang sampah, aksi pungut dan pilah sampah, penukaran sampah serta pameran produk cinta bumi.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017