Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry Trisaputra Zuna mengatakan penghapusan gerbang tol itu bukan untuk memindahkan kemacetan ke tempat lain, melainkan menyebar titik transaksi di gerbang tol tujuan para pengguna agar tidak terpusat di Karang Tengah.
"Artinya bukan memindahkan titik kemacetannya, tapi menyebar titik transaksi dari yang terpusat di Karang Tengah, ke gerbang-gerbang tol tujuan para pengguna," ucap Herry Trisaputra Zuna saat dihubungi dari Jakarta, Senin.
Baca juga: (Gerbang Tol Tangerang antre panjang, pengguna pilih "jalan tikus")
Herry mengatakan jika Gerbang Tol Karang Tengah tetap beroperasi, maka sekitar 110 ribu kendaraan terpusat di titik itu dan menimbulkan kemacetan yang tiap hari semakin parah.
"Dengan cara disebar, semestinya volumenya tidak sebesar itu," lanjut dia.
Kepala BPJT itu mengatakan menghapuskan gerbang tol Karang Tengah memang bukan solusi jitu menekan kemacetan di ruas tol Jakarta-Tangerang. Namun ia mengatakan itu salah satu upaya untuk memperkecil potensi kemacetan.
"Kemacetan itu multidimensi, sementara jalan tol tentu ada kapasitasnya. Dengan kondisi sekarang, ini adalah upaya kecil semoga bisa menjadi transisi," tutur dia, lalu menambahkan jalan tol membutuhkan transaksi elektronik dengan interaksi minimal agar menghemat waktu.
Transportasi publik
Herry Trisaputra Zuna yang memantau kemacetan di sejumlah gerbang tol di ruas Jakarta-Tangerang mengatakan memang terjadi kepadatan di sejumlah gerbang tol, antara lain di Karawaci dan Alam Sutera.
Ia pun berpendapat, selain berupaya mengurangi kepadatan dengan memindahkan gerbang tol, menerapkan sistem pembayaran elektronik, hingga menambah gerbang tol, namun solusi terbaik untuk mengurai kemacetan adalah dengan menerapkan transportasi publik.
"Memang hari ini kemacetan agak luar biasa. Itu akan menjadi catatan kami dan sedang ditindak lanjuti BPJT," katanya.
"Namun solusi utama atas masalah kemacetan adalah dengan membangun dan mengoptimalkan transportasi publik," katanya, "Jalan tol ada kapasitasnya, jadi solusinya adalah publik transportasi."
Ia menambahkan, "Yang diangkut orangnya maka transportasi publik yang didahulukan, bukan kendaraan pribadi. Mobil pribadi tentu berkontribusi atas kemacetan itu sendiri."
Pewarta: Alviansyah P
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017