Kita sudah harus bersiap diri untuk kondisi dimana terjadi peningkatan bunga Fed Fund Rate, khususnya dolar AS. Ini tentu berdampak pada stabilitas sistem keuangan."
Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia meyakini Bank Sentral AS The Federal Reserve akan kembali menaikkan suku bunga acuannya pada Juni 2017 dari besaran saat ini di 0,75-1 persen.

Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Jumat, mengatakan pihaknya masih memandang Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga acuannya tiga kali pada tahun ini. Antisipasi terhadap dampak kenaikan suku bunga AS pun, kata Agus, sudah dilakukan untuk meminimalisir dampak kaburnya arus modal dari negara berkembang termasuk Indonesia, ke AS.

"Kita sudah harus bersiap diri untuk kondisi dimana terjadi peningkatan bunga Fed Fund Rate, khususnya dolar AS. Ini tentu berdampak pada stabilitas sistem keuangan," kata Agus.

Dari sinyalemen dan komunikasi yang disampaikan otoritas moneter AS tersebut, BI melihat skenario kenaikan bunga The Fed adalah tiga kali tahun ini dan tiga kali pada 2018. Hal itu menjadi bagian rencana normalisasi kebijakan The Fed, selain penyesuaian neraca atau "balance sheet" The Fed yang saat ini sebesar 4,5 triliun dollar AS.

Agus melontarkan sinyal bahwa BI tidak begitu terlalu khawatir terhadap rencana normalisasi tersebut. Agus memuji cara komunikasi The Fed untuk kebijakan moneternya sehingga dapat mengurangi gejolak di pasar keuangan global.

"Mereka juga sampaikan indikator ekonomi sebagai landasannya, jadi kita sudah tau bahwa Juni, Fed Fund Rate akan naik," ujar Mantan Menteri Keuangan tersebut.

Terkait penyesuaian neraca The Fed, Agus mengatakan memang akan memberi dampak, terhadap potensi pengetatan likuiditas. Namun, dalam pertemuan di Yokohama, Jepang, pekan lalu, The Fed menyampaikan bahwa penurunan "balancr sheet" akan dilakukan secara bertahap dan terprediksi.

"Mereka mengatakan tidak akan menurunkan (balance sheet) terburu-buru, mereka akan memastikan bahwa dibandingkan tahun 2016, itu akan menurun, tapi kalau dibandingkan kondisi krisis, itu akan lebih tinggi," ujar Agus.

Hingga awal Mei 2017, dampak dari ekonomi global terhadap Indonesia masih baik, kata Agus. Hal itu dibuktikan, salah satunya dengan arus modal asing yang masuk mencapai Rp106 triliun selama Januari hingga awal Mei 2017. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp75 triliun.

Derasnya modal asing tersebut juga diyakini Agus akan menjadi salah satu faktor pendorong kembali terjadinya surplus pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I/2017.

"Itu juga menggambarkan semakin percayanya investor asing terhadap perbaikan kondisi ekonomi domestik," ujar Agus.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017