Washington (ANTARA News) - DNA dari mumi-mumi yang ditemukan di sebuah situs yang pernah dikenal dengan pemujaan pada dewa alam baka Mesir mengungkap pengetahuan menarik mengenai orang-orang Mesir kuno, termasuk temuan mengejutkan bahwa mereka memiliki sedikit hubungan genetik dengan sub-Sahara Afrika.

Para ilmuwan pada Selasa (30/5) mengatakan mereka meneliti data genom dari 90 mumi dari situs arkeologi Abusir el-Malek yang berada sekitar 115 kilometer di selatan Kairo dalam studi genetik mengenai orang Mesir kuno yang paling canggih yang pernah dilakukan.

DNA diekstrak dari gigi dan tulang mumi dari kuburan besar yang berhubungan dengan dewa berkulit hijau Osiris. Yang paling tua berasal dari masa sekitar 1388 SM selama periode Kerajaan Baru, satu titik tinggi dalam pengaruh dan budaya Mesir, sementara yang paling kini berasal dari sekitar tahun 426, berabad-abad setelah Mesir menjadi provinsi Kekaisaran Roma.

"Sudah banyak diskusi mengenai leluhur genetik orang Mesir kuno," kata arkeolog Johannes Krause dari Max Planck Institute for the Science of Human History di Jerman, yang memimpin studi yang diterbitkan di jurnal Nature Communications.

"Apakah orang Mesir modern keturunan langsung orang Mesir kuno? Adakah kesinambungan genetik di Mesir sepanjang waktu? Apakah penjajah asing mengubah susunan genetik: misalnya saja, apakah orang mesir menjadi lebih 'Eropa' setelah Alexander Agung menaklukkan Mesir?" tambah Krause.

"DNA kuno bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu," katanya sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.

Genom menunjukkan bahwa tidak seperti orang Mesir modern, orang Mesir kuno hanya punya sedikit sampai tidak ada kekerabatan dengan populasi sub-Sahara Afrika, beberapa di antaranya seperti orang Ethiopia kuno yang diketahui punya interaksi signifikan dengan Mesir.

Hubungan genetik yang paling dekat mereka adalah dengan orang-orang Timur Jauh kuno, yang membentang dari Irak dan Turki, serta Israel, Yordania, Suriah dan Lebanon.

Mesir yang berada di Afrika Utara, di persimpangan jalan benua dalam dunia Mediterania kuno, selama ribuan tahun sesumbar  sebagai salah satu peradaban paling maju berdasarkan peninggalan sejarahnya, dan dikenal dengan keperkasaan militer, arsitektur menakjubkan yang meliputi piramida besar dan kuil suci, seni, hieroglif dan pantheon dewa.

Mumifikasi digunakan untuk mengawetkan jasad orang yang meninggal untuk kehidupan di alam baka. Mumi-mumi dalam studi itu merupakan mumi orang-orang kelas menengah, bukan bangsawan.

Para peneliti menemukan kesinambungan genetik dalam rentang antara Kerajaan Baru dan masa Roma, dengan jumlah leluhur sub-sahara meningkat secara substansial sekitar 700 tahun lalu dengan alasan yang belum jelas.

"Tidak ada perubahan yang tidak terdeteksi dalam 1.800 tahun sejarah Mesir," kata Krause. "Perubahan besar terjadi antara saat itu dan sekarang."

Penerjemah: Maryati
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017