Saya tidak tahu jumlah pasti dan misi mereka secara spesifik. Mereka diizinkan membawa senapan untuk membela diri, namun tidak diperbolehkan bertempur, mereka hanya memberikan dukungan."
Marawi (ANTARA News) - Pasukan bersenjata Amerika Serikat berada di daerah dekat kota Marawi, Filipina selatan, namun tidak terlibat dalam memerangi petempur yang telah memegang kendali beberapa bagian kota itu lebih dari tiga minggu belakangan, kata seorang juru bicara militer Filipina.

"Ada beberapa anggota pasukan AS yang mengoperasikan peralatan untuk memberikan informasi terkait situasi kepada pasukan kami," kata Brigadir Jenderal Restituto Padilla dalam sebuah konferensi pers, lapor Reuters.

"Saya tidak tahu jumlah pasti dan misi mereka secara spesifik. Mereka diizinkan membawa senapan untuk membela diri, namun tidak diperbolehkan bertempur, mereka hanya memberikan dukungan," katanya.

Militer Filipina sebelumnya mengatakan bahwa Amerika Serikat memberikan bantuan teknis untuk mengakhiri pendudukan beberapa bagian dari kota Marawi oleh petempur yang bersekutu dengan kelompok ISIS.

Belum jelas seberapa dekat keberadaan pasukan AS itu dari medan petempuran. Mereka berasal dari kesatuan pasukan khusus di kota Zamboanga, kata militer Filipina sebelumnya.

Kedutaan Besar AS di Manila tidak segera menanggapi permintaan untuk memberikan keterangan.

Pejabat AS di Washington, yang berbicara dengan syarat tidak disebutkan jatidirinya, mengatakan bahwa Amerika Serikat menyediakan sebuah pesawat pengintai P-3 serta pengumpulan informasi intelijen dari sebuah pesawat nirawak.

Pesawat nirawak itu jatuh pada Sabtu setelah hilang kontak dengan operatornya, kata pejabat tersebut.

Pada Rabu, pasukan pemerintah membombardir posisi pemberontak di Marawi dengan tembakan tank, asap tebal dapat terlihat membumbung dari kota yang dilanda pertempuran. Beberapa tembakan penembak jitu juga dapat terdengar.

Pertempuran di Marawi memasuki hari ke-23, namun masih tidak terlihat tanda bahwa pertempuran akan berakhir dalam waktu dekat.

"Tidak akan ada lagi tenggat waktu," kata Padilla, merujuk janji militer untuk membebaskan kota pada 12 Juni lalu, bertepatan dengan hari kemerdekaan Filipina.

"Mungkin perlu sedikit waktu lagi," ujarnya.

"Kelompok ISIS menunjukkan tekad dan usaha dalam merebut dan mempertahankan Mosul di Irak dan usaha mereka di Marawi memiliki kualitas yang sama," tambahnya.

Pihak militer mengatakan bahwa 290 orang telah tewas sejauh ini, termasuk 206 gerilyawan, 58 tentara dan 26 warga sipil.

Sekitar 100 petempur berada di daerah yang terkepung, kata militer. Diperkirakan 300-600 warga sipil terjebak atau disandera di kota itu.

Filipina telah memerangi pemberontakan kembar dari pemberontak pimpinan Maois dan separatis Muslim di wilayah selatan hampir 50 tahun belakangan. Kritikus berpendapat bahwa aksi militer tidak cukup untuk menghadirkan perdamaian di wilayah yang telah lama mengalami pengabaian politik dan kemiskinan.

(Uu.Aulia/KR-AMQ/M016)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017