Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak naik 33 poin menjadi Rp13.357 per dolar AS.

"Rupiah melanjutkan normalisasinya setelah sempat mengalami koreksi tajam pada pekan lalu, dukungan penguatan surat utang negara (SUN) menjadi salah satu faktor yang menopang kurs domestik," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta.

Rangga mengatakan sentimen eksternal dari data penurunan lowongan pekerjaan Amerika Serikat yang membuat dolar AS terdepresiasi di pasar global juga turut mendukung penguatan kembali rupiah.

"Data jumlah lowongan pekerjaan AS yang buruk juga menekan dolar AS. JOLTS (Job Openings and Labor Turnover Survey) Amerika Serikat Mei 2017 turun menjadi menjadi 5,7 juta," kata Rangga.

Kendati demikian, Rangga mengatakan, masih adanya kekhawatiran terhadap dampak buruk pelebaran defisit di dalam negeri dapat membuat apresiasi rupiah lebih tinggi terhadap dolar AS dapat tertahan.

Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2017, proyeksi pencapaian defisit anggaran diproyeksikan 2,92 persen terhadap Produk Domestik Bruto.

Selain itu, Rangga melanjutkan, tingkat keyakinan konsumen pada Juni 2017 yang turun juga dapat menjadi faktor penahan laju rupiah. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Juni 2017 sebesar 122,4 atau turun 3,5 poin dari Mei 2017.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan harga minyak mentah dunia diharapkan melanjutkan penguatan sehingga bisa turut menopang penguatan kurs rupiah terhadap dolar AS.

Harga minyak jenis WTI Crude menguat 1,69 persen menjadi 45,80 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 1,45 persen menjadi 48,21 dolar AS per barel.

"Harga minyak mentah dunia yang menguat di atas level 44 dolar AS per barel menjadi sentimen positif bagi mata uang berbasis komoditas," kata Reza.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017