Jakarta (ANTARA News) - Kongres Teknologi Nasional (KTN) yang digelar Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada 17-19 Juli 2017 membahas pengganti Amoxicillin sebagai antisipasi resistensi antibiotik di masa depan.

"Isu kesehatan dalam KTN yang dibahas ada empat topik yang kurang lebih berkaitan dengan bahan baku obat kimia dan herbal, alat-alat kesehatan hingga fitofarmaka," kata Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Argoindustri dan Bioteknologi Eniya Listiani Dewi di Jakarta, Senin.

Salah satu yang juga dibahas, menurut dia, adalah cephalosporins yang disiapkan untuk menggantikan amoxicillin, antibiotik yang selama ini banyak digunakan di Indonesia. "Cephalosporins akan gantikan amoxicillin karena khawatir kita semakin kebal di masa depan".

"Kementerian Kesehatan memang menargetkan pengembangan antibiotik baru ini di 2020 sampai dengan 2025. Tapi kita akan mulai dari sekarang," ujar Eniya.

Selain antibiotik, ia mengatakan KTN 2017 juga membahas regulasi pengembangan herbal menjadi fitofarmaka yang kini semakin menjadi tren di dunia, pengembangan bahan baku obat dari keanekaragaman hayati.

Selain membahas regulasi pengembangan teknologi farmasi, kongres juga akan membahas tentang alat kesehatan yang selama ini juga masih banyak mengimpor dari luar negeri.

"Untuk alat kesehatan kita fokus pengembangan diagnostic kit. Kerja sama dengan Tanaka Kikinzoku Kogyo dari Jepang untuk pengembangan elektroda diagnostic kit dengue, sedangkan BPPT sudah menghasilkan antibodi denguenya," lanjutnya.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dalam ceramah utama pada pembukaan KTN 2017 mengatakan produk kesehatan masih banyak mengimpor dari luar negeri. Karenanya, dirinya menantang BPPT untuk mampu mengurangi impor produk farmasi dan alat kesehatan dengan memproduksi sendiri.

Pada KTN 2017, BPPT juga meluncurkan Outlook Kesehatan yang berisi prediksi teknologi farmasi dan alat kesehatan yang akan dibutuhkan hingga 2035. Termasuk di dalamnya memberikan rekomendasi kebijakan di bidang kesehatan.

Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Maura Linda Sitanggang mengatakan teknologi sangat bermanfaat bagi pengembangan industri farmasi. Sebab, obat dan alat kesehatan terkait dengan kebutuhan hajat hidup orang banyak.

Ia berharap BPPT bisa mengambil peran dalam pengembangan teknologi kesehatan dan farmasi di Indonesia. Industri farmasi harus bertransformasi ke arah berbasis riset.

(T.V002/T007)

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017