Jakarta (ANTARA News) - PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia menargetkan pendapatan 424 juta dolar AS hingga akhir 2017 atau naik enam persen dari sekitar 300 juta dolar pada tahun 2017.

Direktur Utama GMF AeroAsia Iwan Joeniarto dalam diskusi di Jakarta, Selasa menyebutkan hingga semester I 2017, GMF telah membukukan pendapatan 200,2 juta dolar AS atau meningkat dari periode sama tahun lalu, sebesar 176 juta dolar AS.

"Semester II ini sisanya sekitar 224 juta dolar AS," katanya.

Iwan optimistis geliat pasar akan lebih terlihat pada semester II dibanding semester I.

GMF, katanya, akan melalukan IPO (penawaran saham perdana) kepada publik pada awal September ini.

Kendati pertumbuhan pendapatan di semester I 2017 telah mencapai 14 persen, namun secara keseluruhan per tahunnya hanya enam persen, katanya.

Hal itu, salah satunya, disebabkan adanya pengurangan perawatan pesawat untuk induk perusahaannya sendiri PT Garuda Indonesia.

"Memang ada penurunan karena ada kegiatan efisiensi dari Garuda yang secara korporasi berpengaruh ke Garuda," katanya.

Namun, dia mengatakan memang ke depannya akan mengincar pasar di luar Garuda Indonesia, yaitu 60 persen dan Garuda 40 persen.

"Saat ini posisinya masih terbalik, Garuda 65 persen, sementara di luar Garuda 35 persen," katanya.

Dia memaparkan tren pendapatan sejak 2014 hingga 2016, yaitu meningkat 21 persen.

Iwan menargetkan dalam lima tahun ke depan, perusahan pelat merah tersebut bisa meraup pendapatan 926 juta dolar AS atau mendekati target 1 triliun dolar AS.

Dalam kesempatan sama, Direktur Line Operation Tazar Marta Kurniawan mengatakan pihaknya akan membuka cabang perawatan pesawat (MRO) di empat wilayah, yaitu Batam, Timur Tengah (Dubai), Australia dan Korea Selatan.

"Di Batam ini kita melihat regulasi juga tidak terlalu memberatkan dibanding wilayah-wilayah lainnya," katanya.

Tazar menilai tempat-tempat tersebut dipilih karena pasarnya sudah ada dan potensial.

"Mereka sudah pernah merasakan (jasa layana) GMF dan rata-rata negara tersebut memiliki keterbatasan SDM," katanya.

Selain itu, dengan membuka cabang, Tazar mengatakan bisa menarik konsumen karena mereka tidak perlu membuang bahan bakar untjk melakukan perawatan pesawat di Indonesia.

"Kita tidak mungkin terus-terusan tarik konsumen ke sini, kita melakukan minor maintenance di sana dengan tenaga kerja kita, baru kalau masalahnya berat dibawa ke sini," katanya.

(T.J010/S027)

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017