Jenewa (ANTARA News) - Kekuatan Barat dan regional harus menekan pihak yang bertikai di Yaman untuk mengakhiri konflik dua tahun yang telah memperburuk penyebaran kolera dan menyebabkan kerusakan pada negara itu, kata Komite Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross/ICRC) pada Rabu.

Koalisi pimpinan Arab Saudi bertempur melawan kelompok Houthi dukungan Iran, yang menguasai sebagian besar wilayah Yaman Utara dan ibu kota Sanaa, dalam perang yang telah menewaskan lebih dari 10.000 orang dan memaksa lebih dari tiga juta lagi mengungsi.

"Kami tentunya berharap negara-negara Barat bisa memahami krisis yang dalam ini, risiko krisis yang sangat besar ini pada stabilitas internasional, dan kawasan," kata Presiden ICRC Peter Maurer, yang berbicara kepada wartawan dari Sanaa dalam misi lima hari kunjungannya ke Yaman.

"Saya datang ke sini untuk mendesak masyarakat internasional mengambil tindakan dan meningkatkan respons terhadap wabah ini, yang sangat jelas merupakan wabah buatan manusia. Ini sebagian besar merupakan akibat dari peperangan dan penghancuran layanan publik," kata Maurer, setelah kunjungan ke Taiz dan Aden.

Dia menyeru penemuan solusi untuk membayar upah pekerja dan mengizinkan pengiriman pasokan bantuan termasuk obat-obatan ke pelabuhan Hodeidah dan bandara Sanaa, keduanya dikuasai oleh pemberontak Houthi, untuk meringankan penderitaan masif warga negara itu.

Sistem kesehatan Yaman sangat buruk, upah pekerjanya belum dibayar selama 10 bulan, sampah "menumpuk" di jalanan, dan rumah sakit, stasiun air dan infrastruktur penting lainnya telah diserang dan dihancurkan, katanya.

Epidemi kolera yang mulai terjadi pada April masih merajalela, menginfeksi sekitar 400.000 orang, dan meskipun ada tanda-tanda penyebarannya melambat, namun tetap dapat meningkat kembali saat musim hujan tiba, kata Maurer.

Maurer mengatakan bahwa Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan sekutu mereka adalah "aktor penting untuk menemukan solusi" terhadap krisis tersebut.

"Saya juga berharap negara-negara di luar kawasan itu menggunakan pengaruhnya untuk mencari solusi," katanya sebagaimana dikutip kantor berita Reuters. (Uu.Aulia/KR-AMQ)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017