Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia mengantisipasi dampak perekonomian, seperti keluarnya modal asing menyusul semakin tingginya tensi politik antara Amerika Serikat dan Korea Utara dalam beberapa hari terakhir.

Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Jumat mengatakan tekanan terhadap stabilitas geopolitik di Asia kian bertambah, menyusul "perang" pernyataan antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, yang dikhawatirkan terus mengarah ke perang terbuka.

Namun, kata Agus hingga 11 Agustus 2017 volatilitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing masih terjaga di bawah tiga persen.

"Kita memang masih perhatikan kondisi ekonomi dunia, khususnya AS dan Korut yg menegang. Ini dampaknya ada terhadap stabilitas," kata Agus.

Analis memperkirakan ada potensi dana keluar karena investor asing mencari tempat aman alias safe-haven untuk mengendapkan modalnya, yang pada akhirnya bisa menekan nilai tukar rupiah.

"Dengan semakin panasnya tensi politik antara AS dan Korea Utara, aksi pengalihan dana ke safe-haven bisa ikut menekan rupiah di perdagangan Jumat ini," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta dalam risetnya.

Lebih lanjut, Agus mengatakan selain stabilitas geopolitik, BI juga terus mencermati rencana penurunan neraca Bank Sentral AS The Federal Reserve yang akan dilakukan tahun ini. Penurunan neraca The Fed akan berdampak terhadap pasokan dolar AS dan stabilitas nilai tukar mata uang pada sejumlah negara di dunia.

"Dan secara umum, kalau kami melihat The Fed mengenai rencana suku bunga The Fed bisa naik pada Desember atau mungkin tertunda. Itu yang kita perhatikan. Tapi yang tetap menonjol adalah rencana penurunan neraca The Fed," ujarnya.

Secara umum, Agus melihat fundamental ekonomi Indonesia masih kuat dan mampu menahan tekanan ekonomi eksternal. 

Modal asing yang masuk sejak Januari hingga pekan kedua Agustus 2017 tercatat Rp115 triliun. 

Fundamental ekonomi yang kuat juga tercermin dari inflasi yang hingga pekan kedua Agustus 2017 sebesar 3,91 persen year on year (YoY).

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017