Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia mengklaim pelonggaran kebijakan moneter yang telah dilakukan pada 2017 telah turut membantu memulihkan konsumsi masyarakat di triwulan III 2017, dan meningkatkan keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi akan lebih baik dari perkiraan sebelumnya.

"Perkiraan perbaikan ekonomi didukung oleh ekspansi fiskal seperti pencairan gaji ke-13, bantuan sosial dan dan pelonggaran kebijakan moneter," kata Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo di Jakarta, Kamis.

Dalam 10 bulan terakhir, BI melonggarkan suku bunga kebijakan sebanyak dua kali sebesar 50 basis poin pada Agustus dan September 2017, setelah melihat inflasi yang terus terkendali.

Jika dihitung sejak Desember 2015, BI sudah menurunkan suku bunga acuan sebanyak delapan kali, atau total dua persen.

Dody menyebutkan pelonggaran suku bunga acuan telah memperlihatkan dampaknya terhadap perekonomian, meskipun diakuinya belum menyeluruh.

Dampaknya terutama pada suku bunga kredit di perbankan, yang sejak Januari 2016 hingga Oktober 2017 turun 1,23 persen atau 62 persen dari total penurunan suku bunga kebijakan BI.

Dia melihat dampak pelonggaran kebijakan moneter masih akan berlanjut di triwulan IV 2017. Setidaknya, pada pertengahan 2018, penurunan suku bunga kredit bank diperkirakan Dody bisa setara dengan dosis pelonggaran suku bunga kebijakan Bank Sentral sebesar dua persen.

"Studi kami ada jarak tiga hingga empat triwulan untuk suku bunga perbankan khususnya kredit untuk menyesuaikan. Tapi transmisi tetap berlangsung dengan harapan nantinya suku bunga perbankan terus turun sampai suku bunga kebijakan terakhir kita," ujar dia.

Dody tidak menjawab spesifik apakah di dua bulan terakhir 2017, BI masih berpeluang melonggarkan suku bunga acuannya. Dia menegaskan arah kebijakan moneter BI tetap netral, dan mengikuti sasaran inflasi di 3-5 persen, serta memprioritaskan stabilitas ketimbang pertumbuhan ekonomi.

"Sepanjang stabilitas masih menghadapi hambatan, tentunya akan berat kita melakukan penyesuaian suku bunga, sedangkan ke pertumbuhan akan kita adress setelah stabilitas," ujarnya.

Selain transmisi pelonggaran kebijakan moneter, Dody memandang ekspansi fiskal dari pencairan anggaran pemerintah turut menggenjot pertumbuhan ekonomi. Salah satu bukti konsumsi menguat, kata Dody, terlihat dari penjualan eceran yang 2,3-2,4 persen di September 2017.

"Diperkirakan untuk konsumsi akan lebih baik di kuartal IV menimbang belanja pemerintah akan besar tersalurkan untuk triwulan terakhir juga akan berdampak ke konsumsi masyarakat," ujar dia.

BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan III akan lebih baik dari triwulan II yang sebesar 5,01 persen. Untuk keseluruhan 2017, BI memprediksi pertumbuhan ekonomi di 5,1-5,2 persen.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017