Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak melemah sebesar 35 poin menjadi Rp14.028 dibanding posisi sebelumnya Rp13.993 per dolar AS.

"Adanya potensi peningkatan inflasi di Amerika Serikat masih menjadi salah satu faktor pemicu dolar AS menguat, karena peningkatan inflasi akan mendorong tingkat suku bunga The Fed naik," kata analis Binaartha Sekuritas Reza Priyabada di Jakarta, Selasa.

Menurut Reza, salah satu faktor yang mendorong inflasi Amerika Serikat meningkat yakni bertambahnya jumlah lapangan pekerjaan. Data lapangan kerja di Amerika Serikat bertambah menjadi 164.000, meski di bawah perkiraan/estimasi pasar namun masih mencatatkan pertumbuhan.

Kendati demikian, Reza mengharapkan, sentimen dari dalam negeri mengenai Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia yang mengindikasikan peningkatan serta data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan pertama 2018 yang tumbuh 5,06 persen dibandingkan pencapaian periode sama tahun sebelumnya 5,01 persen dapat menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah.

"Kondisi dalam negeri yang relatif cukup kondusif dapat menarik minat pelaku pasar terhadap aset berdenominasi rupiah," katanya.

Sementara itu, ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan pergerakan dolar AS ditopang oleh kemungkinan bank sentral AS (The Fed) menaikan suku bunga acuannya pada Juni mendatang sehingga menahan laju rupiah.

Di sisi lain, lanjut Ahmad Mikail, pergerakan rupiah juga dibayangi oleh sentimen eksternal mengenai ketidakpastian apakah Amerika Serikat akan keluar dari kesepakatan nuklir dengan Iran atau tidak telah mendorong naiknya harga minyak.

Baca juga: BI: Depresiasi rupiah jangan dilihat dari Rp14.000

Baca juga: Rupiah Senin sore melemah ke Rp13.973

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018