Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah dan rakyat Yordania hari ini, November 9, memperingati dua tahun serangan bom teroris yang menghancurkan tiga hotel di Amman dan menewaskan sekitar 60 orang, termasuk seorang warga Indonesia. "Dua tahun lalu, tangan teroris pengkhianat telah menohok kami dari belakang dalam serangan teroris yang berdarah di Amman, ibukota Yordania, dimana para teroris menumpahkan kebenciannya dengan membunuh orang-orang yang tidak berdosa dari berbagai negara dan berbeda kebangsaan," Dubes Yordania untuk Indonesia Mohammad Hassan Dawodieh mengatakan dalam pernyataan persnya yang diterima ANTARA, Jum`at. Yordania tidak pernah takut dan tidak akan tunduk pada cara-cara pemerasan, bahkan sebaliknya, bahwa musibah akan mendorongnya untuk lebih bersatu, katanya. "Para teroris mengirimkan pesan berdarah mereka di kegelapan malam. Dan Yordania segera membalasnya di kecerahan pagi, dengan diiringi lantunan doa-doa sholat ghaib untuk arwah para syuhada, dengan sebuah pesan yang menegaskan bahwa rakyat Yordania masih ada dan berdiri tegar ditanah yang berkah. Setiap perbuatan pengecut terhadap negeri ini akan menambah kekuatan dan keteguhan hati kami untuk berpegang pada prinsip-prinsip kami...," kata Dubes. Setelah terjadinya serangan teroris tersebut, sejumlah pemimpin negara asing mengirim ucapan dukungan dan belasungkawa kepada Yordania untuk menunjukkan rasa solidaritas mereka kepada rakyat dan pemerintah Yordania. Raja Abdullah II Bin Al Hussein antara lain menerima pesan solidaritas dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono segera setelah serangan teror tersebut terjadi pada November 2005. "Presiden RI, atas nama pribadi dan atas nama pemerintah dan rakyat Indonesia, menyatakan rasa belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas tragedi ini, dan menegaskan kembali akan arti pentingnya solidaritas global untuk menghadapi ancaman-ancaman dan serangan teroris semacam ini, yang bisa terjadi kapan saja dan dimana saja tanpa memilih korbannya," demikian pesan dari Presiden Yudhoyono kepada Raja Yordania. "Untuk memperingatinya, kami berdo`a semoga Allah melimpahkan pahalanya kepada Syuhada kami, dan kami akan tetap tegar menghadapi musuh-musuh Islam yang mencoba untuk mengubah Akidah-akidah Islamiyah yang menyerukan perdamaian, kerjasama dan toleransi," ujar Dubes dalam pernyataan tertulisnya itu. Warga Indonesia yang tewas dalam serangan bom tersebut adalah Perry Pattiselano, seorang musisi jaz yang bekerja di salah satu hotel di Amman. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007