Makassar (ANTARA News) - Keturunan raja-raja Gowa melakukan proses ritual penyucian benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Gowa usai pelaksanaan sholat Idul Adha di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis. Seluruh masyarakat termasuk para pejabat dan keturunan raja-raja Gowa memadati istana Balla Lompoa, untuk menyaksikan proses ritual yang setiap tahunnya digelar usai pelaksanaan sholat Idul Adha ini. Sejumlah benda pusaka yang disucikan atau dibersihkan itu terdiri atas "panyanggaya barangan" atau tombak yang bahannya terbuat dari rotan dan berambut ekor kuda. Panjangnya sekitar 2,22 cm dan biasanya dipakai pada upacara khusus kerajaan Gowa. Selain itu, ada pula "lasippo" yakni benda kerajaan yang berbentuk parang dari besi tua. Senjata sakti yang berukuran panjang 62 cm dan lebar enam centimeter ini, dipergunakan raja sebagai pertanda untuk mendatangi suatu tempat yang akan dikunjungi. Ada juga "tatarapang" yakni sejenis keris emas yang memakai permata dari besi tua sebagai pelengkapnya, "salokoa", mahkota berbahan emas murni dan bertahta butiran permata berlian, "sudanga" (parang), "ponto janga-jangaya" (gelang berkepala naga) dan "kolara" (kalung). Peninggalan kerajaan Gowa yang tak luput pula disucikan adalah "bangkarak ta`roe" (anting-anting), "kancing gaukang" (kancing emas), "tobo kaluku" (kalung manila), serta medali. Menurut Bupati Gowa, Ichsan Yasin Limpo, penyucian benda pusaka kerajaan Gowa atau "accera kalompoang" tersebut merupakan tradisi kerajaan Gowa dan diharapkan tradisi ini menjadi sebuah pemahaman kepada generasi penerus untuk senantiasa mengingat bahwa Gowa adalah sebuah kerajaan besar pada zaman dahulu kala yang dikenal hingga ke mancanegara. Ritual pencucian benda-benda pusaka ini sendiri katanya, telah masuk dalam kalender pariwisata Kabupaten Gowa. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007