Binh Duong (ANTARA) - Laga semifinal yang akan berlangsung pada 17 Agustus menguntungkan Timnas U-18 karena bisa memperoleh waktu pemulihan dan istirahat selama dua hari.

Usai laga terakhir kontra Myanmar, Rabu, timnas akan menunggu semifinal Sabtu pekan ini sembari menanti kepastian calon lawan dari Grup B yang baru menjalani pertandingan akhir fase penyisihan hari ini.

"Libur dua hari tentu banyak sekali pengaruhnya, kami sangat terbantu sehingga bisa istirahat lebih lama. Sementara Grup B cuma dapat satu hari istirahat (tanggal 16), saya harap keuntungan ini jadi faktor penting untuk laga empat besar besok," kata pelatih timanas U-18 Fakhri Husaini di Binh Duong, Kamis.

Skuad Garuda Nusantara menjalani lima pertandingan hanya dalam waktu sembilan hari yaitu sejak 6-14 Agustus sehingga sangat menguras tenaga karena sempitnya waktu istirahat yang didapat.

Fakhri menilai kejuaraan ini sangat berat dilakoni anak asuhnya yang masih berusia sekitar 17-18 tahun, bahkan tim profesional sekalipun tidak akan bisa bermain maksimal dengan pola istirahat seperti ini.

Baca juga: Jelang semifinal, timnas U-18 masukan materi penalti di latihan

Namun ia mencoba memaklumi kondisi ini dan menyiasatinya dengan merotasi dan memantau stamina 23 pemain sebagai solusi dalam mengelola aspek kebugaran fisik para pemain.

"Ya mau bagaimana lagi, ini tingkat turnamen jadi tidak bisa menolak. Sudah keputusan penyelenggara seperti ini. Makanya yang dituntut adalah kecerdasan pelatih supaya bisa mengelola tim agar aspek kebugaran bisa dijaga. Kami bersyukur punya waktu istirahat dua hari, sementara Grup B hanya sehari," kata Fakhri.

Menjelang semifinal di Stadion Binh Duong 17 Agustus, tim pelatih juga sudah melakukan persiapan khusus seperti berlatih tanding hingga berlatih tendangan penalti bagi semua pemain.

Latihan penalti dilakukan mengingat peluang pertandingan berakhir imbang bisa terjadi sehingga pertandingan harus diputuskan melalui adu penalti, pungkas Fakhri.

Baca juga: Fakhri akui timnas U-18 Indonesia tampil buruk saat hadapi Myanmar

Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2019