Jakarta (ANTARA) - Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Najamudin Ramli mengatakan solusi utama memajukan bangsa Indonesia adalah kembali kepada kearifan lokal dan kebudayaan asli dari bangsa Indonesia.

"Jangan menjadi plagiat kebudayaan orang lain dan orang lain di negara sendiri," kata Najamudin dihubungi di Jakarta, Jumat.

Dia menjelaskan betapa pun kekuatan untuk memajukan Indonesia melalui Pancasila, tetap semua pihak harus kembali kepada kearifan lokal masing-masing daerah di Indonesia.

Kemendikbud dalam beberapa tahun terakhir telah menggaungkan kearifan lokal dalam bentuk seminar, fokus group diskusi hingga gelaran festival kearifan lokal.

"Salah satu program yang sudah dilakukan di hampir semua kabupaten/kota di Indonesia adalah Festival Indonesiana" kata Najamudin.

Dengan solusi kebudayaan, Indonesia dapat menjadi salah satu negara yang memiliki peradaban maju.

Baca juga: Indonesia Maju bukan hanya karya presiden dan wapres

Baca juga: Muzani nilai pidato Jokowi membangun optimisme


Sebelumnya Presiden Joko Widodo dalam pidatonya kenegaraannya di gedung MPR/DPR/DPD RI mengajak semua pihak untuk meneguhkan semangat para pendiri bangsa, bahwa Indonesia itu bukan hanya Jakarta, bukan hanya Pulau Jawa. Tetapi, Indonesia adalah seluruh pelosok tanah air, dari Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai Pulau Rote.

“Pendidikan harus berakar pada budaya bangsa memperjuangkan kepentingan nasional dan tanggap terhadap perubahan dunia,” kata Jokowi.

Presiden Joko Widodo hari ini dijadwalkan berpidato sebanyak tiga kali di Gedung MPR/DPR RI, Senayan, Jakarta. Pidato pertama pada Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2019 mulai pukul 08:30 WIB.

Selanjutnya, pada pukul 10:38 WIB, Presiden akan menyampaikan Pidato Kenegaraan dalam rangka HUT ke-74 Kemerdekaan RI.

Kemudian pidato terakhir pada pukul 14:20 WIB dalam rangka Penyampaian Pengantar/Keterangan Pemerintah atas RUU Tentang APBN Tahun Anggaran 2020 beserta nota keuangannya.*

Baca juga: Kearifan lokal budaya Melayu diusulkan melalui Perda di Kepri

Baca juga: Revisi Perda Karhutla Kalsel muat kearifan lokal


Pewarta: Fauzi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019