Beirut, (ANTARA News) - Kelompok Hisbullah di Lebanon mengemukakan bahwa pemerintah Beirut telah menyatakan perang karena mengincar jaringan komunikasi mereka. Hisbullah kembali berunjuk rasa, Rabu, untuk menekan pemerintah yang menyatakan jaringan komunikasi tersebut ilegal dan memindahkan kepala keamanan Bandara yang merupakan tokoh akrab dengan kelompok tersebut, sebagaimana laporan Reuters. Para pendukung Hisbullah dan sekutunya telah memblokir jalan menuju Bandara dan jalan-jalan utama lainnya sehingga melumpuhkan Beirut. Bandara merupakan satu-satunya jalan udara untuk berhubungan dengan dunia luar. Sumber-sumber keamanan menyebutkan tembak menembak sporadis terjadi antara pendukung Hisbullah dengan kelompok yang setia kepada pemerintah di Lembah Bekaa. Aksi itu melukai lima orang dan bentrok serupa juga terjadi di Beirut pada hari Rabu. Sayyed Hassan Nasrallah, pemimpin Hisbullah, mengemukakan satu-satunya cara keluar dari krisis tersebut adalah pemerintah membatalkan keputusan-keputusannya dan menghadiri pembicaraan dengan oposisi yang dipimpin Hisbullah untuk menghentikan konflik politik yang sudah berlangsung 17 bulan. "Keputusan ini, yang pertama adalah deklarasi perang dan peluncuran perang oleh pemerintah...terhadap kelompok perlawanan dan senjatanya demi keuntungan bagi Amerika Serikat dan Israel," kata Nasrallah dalam konferensi pers. Dia menggambarkan jaringan tersebut merupakan bagian penting dari struktur militer kelompok tersebut. "Jaringan komunikasi itu adalah bagian yang signifikan dari persenjataan perlawanan," kata Nasrallah melalui "video link". "Saya telah putuskan bahwa kami akan memotong tangan yang mengincar senjata-senjata perlawanan...hari ini adalah hari untuk memenuhi keputusan itu." Lebanon dilanda perang saudara tahun 11975 hingga 1990 dan konfrontasi jalanan yang terjadi pekan ini telah mengingatkan hal tersebut. Sementara itu, angkatan darat dalam suatu pernyataan mengemukakan bahwa situasi saat ini mengancam persatuan. "Situasi yang terus berlanjut...membahayakan persatuan militer," ungkap pernyataan tersebut. Perpecahan di angkatan darat akibat garis sektarian pada tahun 1976 adalah peristiwa yang membuat Lebanon jatuh sepenuhnya ke kekuasaan milisi. Aktivis pro-pemerintah memblokade jalan yang menghubungkan Beirut dengan kawasan selatan Lebanon. Aksi dilakukan dengan membakar ban serta membuat gundukan di jalan serta memblokade jalan menuju perbatasan Suriah, negara tetangga yang merupakan pendukung Hisbullah. Kelompok Hisbullah selama ini memimpin kampanye politik untuk menentang kabinet Perdana Menteri Fouad Siniora yang anti-Suriah. Hisbullah adalah satu-satunya faksi di Lebanon yang diperbolehkan tetap memiliki senjata setelah perang saudara guna bertempur melawan pendudukan Israel di kawasan selatan Lebanon. Israel mundur dari Lebanon pada tahun 2000 dan nasib senjata Hisbullah adalah pokok dari krisis politik. Sumber-sumber menyebutkan bahwa panglima angkatan darat, Jenderal Michel Suleiman, telah menolak gagasan pemerintah untuk memberlakukan keadaan darurat dan jam malam. Siniora kepada televisi Future News telah mengemukakan kabinetnya mempertimbangkan langkah tersebut. Hisbullah menganggap kabinet Siniora tidak mendapat legitimasi karena para menteri dari Syiah mengundurkan diri tahun 2006. Krisis yang terjadi telah melumpuhkan sebagian besar pemerintahan dan membuat Lebanon telah lima bulan tidak memiliki seorang presiden.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008