Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah berkeyakinan bahwa perekonomian Indonesia selama 2008-2009 tetap propektif, meskipun perekonomian global mengalami perlambatan pertumbuhan. "Kondisi ekonomi Indonesia akan tetap prospektif selama 2008-2009, pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran 6 - 6,5 persen yang didorong oleh menguatnya permintaan domestik dan investasi," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Depkeu (BKF), Anggito Abimanyu, di Jakarta, Rabu. Pemerintah menilai, fundamental ekonomi Indonesia tetap sehat yang terlihat dari stabilnya tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI) dan nilai tukar rupiah serta peningkatan jumlah cadangan devisa. Kenaikan harga pangan serta komoditas lainnya memang berpeluang meningkatkan tekanan inflasi, namun pemerintah akan melakukan berbagai upaya untuk menjamin agar tidak berdampak pada masyarakat miskin atau defisit anggaran. Tingginya harga minyak internasional dan dampaknya terhadap meningkatnya beban subsidi yang harus ditanggung memang menjadi perhatian pemerintah saat ini. Pemerintah sedang merancang strategi dalam mengatur secara tepat beban subsidi BBM. Menurut Anggito, pemerintah melakukan kajian atas berbagai opsi mengenai subsidi BBM guna menjaga keseimbangan fiskal. Pengambilan langkah-langkah yang tepat akan sangat membantu dalam meyakini bahwa upaya-upaya pemerintah tidak akan memberikan tambahan beban anggaran. Pemerintah berkeyakinan bahwa kebijakan apa pun yang diambil terkait dengan isu subsidi BBM tidak akan dapat memuaskan semua pihak. Namun, diyakini bahwa dalam situasi ekonomi yang tidak menentu, tanggung jawab fiskal hendaknya menjadi prioritas utama. Menurut Anggito, jika strategi penyesuaian harga BBM yang disertai dengan paket kompensasi bagi masyarakat dilaksanakan tepat sasaran, maka mayoritas masyarakat akan menerima perubahan skema subsidi BBM. Kebijakan ini juga akan mendorong terciptanya kepercayaan pasar terhadap ekonomi Indonesia. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008